Sumbawa Barat. Radio Arki – Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Sumbawa Barat yang digelar 2020 mendatang kini sudah mulai menjadi perbincangan publik. Selain calon petahana, beberapa figur lainnya dari berbagai kalangan mulai ramai dan jadi pembicaraan para netizen. Termasuk sosok ulama kharimatik yang saat ini menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbawa Barat, KH. Syamsul Ismain, Lc.
Nama ulama muda yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Himmatul Ummah Brang Rea ini digadang gadang bisa menjadi figur baru dalam kanca perpolitikan Sumbawa Barat, bahkan banyak yang mengatakan bahwa dirinya menjadi salah satu pilihan alternatif diantara beberapa menu pilihan yang dimunculkan para warga net di media sosial.
Menanggapi hal demikian, KH. Syamsul Ismain, Lc menanggapi dengan santai dan menampakkan wajah penuh senyuman. Kepada media ini, di selah selah buka puasa bersama sejumlah awak media beberapa waktu lalu dirinya mengaku baru mendengar kabar dirinya di sebut sebut akan masuk bursa Pilkada KSB 2020.
“Nah, saya baru mendengar rumor ini. Untuk saat ini saya masih konsentrasi di pondok pesantren,” ujarnya santun.
Meski demikian, KH. Syamsul Ismain, Lc tidak menampik dan tidak pula menegaskan bahwa dirinya tidak akan ambil peran strategis dalam kontestasi Pilkada KSB tersebut. Ia hanya mengatakan bahwa selama ini tidak terbesit keinginan dari diri untuk masuk dalam bursa apapun itu, termasuk di Pilkada KSB mendatang.
“Manusia kadang berfikir berubah rubah, hati kita juga kadang berubah rubah. Kita coba istikharah, hasil petunjuk itulah kita coba lihat kedepannya,” ucapnya santai.
Kyai Syamsul berpesan, siapapun yang akan mengambil peran dalam kontestasi Pilkada KSB mendatang harus berawal dari niat yang baik, sebagai pengabdian kepada allah untuk senantiasa memberikan kontribusi yang terbaik kepada daerah ini. Selanjutnya dalam setiap kontestasi apapun itu, harus saling menjaga nuansa persaudaraan.
”Dari start awal ini kita harus sudah mulai menjaga persaudaraan, tanpa saling menjatuhkan satu sama lain. Termasuk jangan menyampaikan informasi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, termasuk ujaran kebencian dan fitnah,” tutup KH. Syamsul. (Enk. Radio Arki)