ARKIFMNEWS

Ini Cara Kades Andi  Mewujudkan Sapugara Bree Sebagai Desa Santri

Sumbawa Barat. Radio Arki- Setelah ditetapkan sebagai Desa Santri, Kepala Desa Andi Subandi telah menyiapkan beberapa langkah untuk mewujudkan desa Sapugara Bree sebagai Desa Santri.  Terutama yang berkaitan dengan penanaman nilai moralitas dan kehidupan masyarakat yang lebih islami, aman dan nyaman.

“Desa Sapugara Bree sudah punya modal utama untuk menjadikan desa ini sebagai Desa Santri, yaitu keberadaan pondok pesantren Himmatul Ummah. Jadi kita hanya butuh menjadikan pondok sebagai magnet yang menarik kultur sosial dan menanamkan nilai nilai islami di dalam kehiduapan masyarakat desa.” Jelas Kades Andi, kepada www.arkifm.com, Senin 10/4 siang tadi.

Mewujudkan desa santri, lanjutnya, memang merupakan bagian dari visi misi dalam pencalonan sebagai kepala desa Sapugara Bree kemarin. Visi misi ini diambil, setelah melihat potensi Pondok Pesantren Himmatul Ummah yang sejatinya harus mampu menjadi model kehidupan sosial di Desa Sapugara Bree.

“program desa santri juga bagian dari pimpinan daerah, dan sesuai dengan visi misi saya (dalam pencalonan kades.red). Jadi ini saya lihat sejalan, sehingga akan saling menguatkan dan bisa mudah terwujud,” terangnya.

Untuk mewujudkan Sapugara Bree sebagai desa santri, maka harus ada kesadaran dan rasa memiliki warga Sapuugara Bree dengan keberadaan pondok pesantren Himmatul Ummah. Dan untuk melakukan hal tersebut, akan ada banyak program yang melibatkan langsung pondok pesantren. Sebut saja, salah satunya adalah dengan pengajian mingguan.

Sorot keberadaan kecimol

“jadi kita juga akan sangat selektif terhadap kultur budaya yang akan merusak tatanan sosial islami. Seperti kecimol yang mulai berkembang, kita akan minta pengelola agar memperhatikan kewajaran dan kepatutan. Bilaperlu kita akan minta mereka menggunakan hijab.” Tegasnya

Menurut Andi, budaya yang beragam memang menjadi kekayaan budaya yang harus dijaga, tetapi budaya itu juga harus dijaga agar jangan merusak budaya lainnya yang sudah mengakar diwilayah setempat. Karena sebagai daerah yang sudah menetapkan islam sebagai sumber nilai, dan memperhatikan visi menjadikan desa sapugara bree sebagai desa santri, maka budaya yang mungkin merusakan harus diperhatikan.

“kemarin pernah ada laporan warga tentang keberadaan kecimol. Saya langsung hubungi kepala RT dan pengelola setempat untuk memperhatikan batas kewajaran dan kepatutan.” Tukasnya.

“tidak ada yang anti dengan budaya luar, apalagi ada banyak etnis di Sapugara Bree. Silahkan saja dikembangkan, tetapi harus perhatikan kultur setempat juga, sehingga wajib disesuaikan.” Timpalnya.

lebih lanjut ia berharap, program untuk menjadikan desa Sapugara Bree sebagai Desa Santri bisa mendapat sambutan banyak pihak, khususnya warga desa Sapugara Bree. Karena sebagai desa yang memiliki sejarah sebagai tanah pejuang dan selama ini cendrung dikenal keras. Maka desa santri bisa menjadi daya tarik penguat, atas identitas sebagai tanah pejuang dan desa yang keras. Artinya, desa Sapugara Bree itu akan menjadi desa yang dikenal punya semangat juang tinggi dan sangat tegas dengan kebatilan. (Unang Silatang. Radio Arki)

Related posts

PERBUP Damkar Digodok,  Bakal Ada Sektor Damkar di Kecamatan

Pecah, Warga Telaga Bertong Sambut Antusias Kedatangan Fud Syaifuddin

ArkiFM Friendly Radio

Diduga Selewengkan Dana Desa, Pemdes Ncandi Dilaporkan ke Kejati NTB

ArkiFM Friendly Radio

Leave a Comment

You cannot copy content of this page