Keterangan : PSM Sumbawa Barat saat mengkonsolidasikan rencana tutup dermaga
Sumbawa Barat. Radio Arki – Koalisi Komite Percepatan Pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa (KP4S) terus mengkonsolidasikan gerakan untuk memperkuat perjuangan pemekaran provinsi pulau Sumbawa, belakangan kelompok Pemuda Sageti Meraran (PSM) yang dikomandoi oleh Wahyu Kawiriyan resmi menyatakan sikap mendukung penuh perjuangan pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) dan siap turun ke jalan pada 15 Mei 2025 mendatang.
Dalam pernyataan resminya yang diterima media ini, Wahyu menegaskan bahwa sudah saatnya Pulau Sumbawa bangkit dari ketertinggalan panjang. Pulau Sumbawa ini menurutnya kaya. Sebut saja tambang terbesar kedua di Indonesia ada di sini. Belum lagi kekayaan laut dan pertanian yang subur. Tapi faktanya kemiskinan di pulau Sumbawa masih tinggi.
“jalan provinsi di pintu gerbang KSB, di Tambak Poto Tano saja seolah olah dibiarkan hancur bertahun-tahun tanpa perbaikan? Berapa banyak lagi korban kecelakaan yang harus jatuh hanya karena pemerintah provinsi lalai?”tegasnya.
Ia pun juga menyinggung pelayanan kesehatan provinsi yang buruk, yaitu kisah pilu seorang pasien asal KSB, kabupaten terkaya di NTB, yang harus membawa jenazah bayinya pulang dengan taksi online lantaran tak mampu membayar ambulance rumah sakit provinsi. Tidak hanya infrastruktur dan layanan publik, Wahyu menyorot persoalan serius lain, diantaranya pengawasan tenaga kerja yang masuk tanpa control yang ketat, termasuk tenaga kerja asing.
“Disnaker KSB tak lagi punya kuasa, semua diambil alih provinsi. Sementara pemuda asli kita, banyak yang masih menganggur, menunggu kesempatan di tanah kelahirannya sendiri,”tukasnya..
“saya mengajak semua pemuda dari Tano sampai Sekongkang. Bangkit! Bersatu! Pada 15 Mei 2025, kita blokade Poto Tano. Kita lumpuhkan jalur darat, laut, dan udara! Ini bukan sekadar demo. Ini adalah pernyataan harga diri. Ini perlawanan hidup dan mati untuk masa depan kita sendiri.”imbuhnya
Lebih lanjut, Wahyu juga mengingatkan soal tantangan besar yang ada di depan mata: bonus demografi 2030. Menghadapi itu, perlu perlakuan dan pemahaman yang tepat dalam kaitan potensi daerah dan pemanfaatannya. Karena jika potensi ini tidak dikelola dengan baik, maka potensi di pulau Sumbawa dan bonus demografi akan menjadi masalah serius.
“Kalau kita tidak bersiap dari sekarang, kita akan kalah dalam kompetisi kejam itu. Tapi jika PPS lahir, kita bisa bersaing, kita bisa menang, kita bisa membawa kebahagiaan ke rumah-rumah kita sendiri,” demikian, tutupnya. (admin01. Radio arki)