Sumbawa Barat. Radio Arki – Meski Indonesia telah merdeka secara fisik selama puluhan tahun, namun perjuangan dalam membebaskan diri dari keterbelakangan literasi masih terus berlangsung. Di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), rendahnya minat baca anak menjadi salah satu tantangan serius yang perlu segera diatasi.
Menurut data UNESCO, Indonesia berada di posisi kedua dari bawah dalam hal literasi dunia. Minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,0001 persen. Artinya dari 1.000 orang, hanya satu yang memiliki kebiasaan membaca. Kondisi ini mencerminkan situasi yang juga terjadi di KSB, di mana kemampuan dan budaya membaca anak-anak masih sangat memprihatinkan.
Kepala Bidang Perpustakaan pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Sumbawa Barat, Maryati, S.Adm, menegaskan bahwa peningkatan literasi membaca tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kerja sama antara orang tua, sekolah, dan pemerintah untuk membentuk budaya membaca sejak dini.
“Pihak Arsip dan Perpustakaan siap membuka peluang kolaborasi dengan sekolah-sekolah melalui kegiatan literasi yang langsung mendampingi siswa. Kami menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan membaca 15 menit setiap hari yang kemudian dievaluasi, agar pemahaman dan partisipasi siswa dapat meningkat,” jelas Maryati saat diwawancarai peserta SJR, Selasa (29/4/2025).

Maryati juga menyampaikan bahwa program “jemput bola” terus digalakkan untuk menjangkau sekolah-sekolah yang berada di pelosok desa. Melalui mobil perpustakaan keliling, Dinas Perpustakaan berusaha membawa buku lebih dekat kepada anak-anak dan meningkatkan akses mereka terhadap bacaan yang berkualitas.
Sementara itu, ditemui terpisah, Kepala Perpustakaan MTsN 1 Sumbawa Barat, Mustakim, mengungkapkan bahwa lingkungan memegang peranan besar dalam mempengaruhi tingkat literasi anak.
“Sekitar 75 persen pengaruh terhadap literasi anak berasal dari lingkungan pergaulannya, sementara 25 persen sisanya berasal dari orang tua. Maka, penting bagi kita untuk selektif dalam memilih teman dan lingkungan belajar,” ujarnya.
Namun, Mustakim juga menyoroti tantangan baru yang muncul dari pesatnya perkembangan media digital.
“Media digital sering kali mengalihkan perhatian anak-anak dari buku dan bacaan bermutu, menjadi konsumsi konten-konten yang tidak edukatif. Sehingga Keterlibatan aktif dari sekolah, orang tua, dan masyarakat luas sangat dibutuhkan untuk menciptakan perubahan pola pikir,” demikian, tutup Mustakim.
Reporter: Lydia Firjatullah (SMKN 1 Maluk)
Editor: Khairuddin Enk
Berita ini merupakan tugas lapangan peserta SJR 2025, yang telah dinyatakan layak terbit dalam rapat redaksi arkifm.com.