Keterangan : Pimpinan pondok pesantern Alikhlas, Dr. H. Muhammad Mujahid Imaduddin
Libya. Radio Arki – Dunia pesantren Indonesia kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Ustadz Rizki Hilman, alumni Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang, berhasil meraih Juara 1 kategori Tahfizh 10 Juz (Juz 10–20) dalam ajang lomba tahfizh Al-Qur’an tingkat internasional yang diselenggarakan oleh Kuliyyah Dakwah Islamiyah (International Islamic Call College) di Libya.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa santri Indonesia mampu bersaing dan berprestasi di panggung dunia. Ustadz Rizki, yang kini tengah menempuh pendidikan di Libya, tampil gemilang berkat ketekunan, kedisiplinan, dan fondasi ilmu yang telah dibangun sejak menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang. Ia juga merupakan penerima beasiswa dari Ustadz Adi Hidayat, yang diberikan pada tahun lalu saat beliau mengisi kajian di Masjid Agung Sumbawa Barat. Beasiswa ini mengantarkannya melanjutkan studi ke Libya, sekaligus memperdalam hafalan dan pemahaman Al-Qur’an.

Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ikhlas, Dr. H. Muhammad Mujahid Imaduddin, menyampaikan rasa syukur dan bangganya atas pencapaian ini, karena ini sekaligus menjadi bukti bahwa dengan metode yang diterapkan sejak di pesantren, hafalan bisa efektif dilakukan oleh santri. Artinya keberhasilan ini tidak terlepas dari ikhtiar panjang pesantren dalam membangun program tahfizh yang terintegrasi dengan sistem pendidikan pesantren modern
“ustat Rizki sudah hafal 30 Juz dengan hafalan mutqin sebanyak 20 Juz, sejak di pesantren,” terang ustadz Imad, demikian pimpinan pondok ini akrab disapa.
Sejak tahun 2019 lalu, pondok pesantren Alikhlas telah memasukkan program tahfizh Al-Qur’an ke dalam kurikulum. Selanjuntya bertahun-tahun berusaha menyusun metode dan mushaf yang sesuai, kemudian dievaluasi dan disempurnakan secara berkala. Ada juga tantangan dalam menjalakan metode ini, tetapi sedikit demi sedikit mulai terlihat hasilnya.
Salah satu capaian penting dari usaha tersebut adalah lahirnya Mushaf Al-Ikhlas yang sudah dicetak sebanyak 30.000 eksemplar dalam tiga kali cetak dan tersebar secara nasional. Selain itu, metode Rabbani yang dikembangkan di Al-Ikhlas juga mulai diadopsi oleh beberapa lembaga pendidikan tingkat nasional.
“Ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam dakwah pendidikan Al-Qur’an,” tambahnya.
Tak berhenti di situ, Al-Ikhlas saat ini juga tengah mengembangkan metode Tahsin Rabbani yang sedang dalam tahap uji coba. Metode ini diharapkan menjadi alternatif pembelajaran membaca Al-Qur’an, sejajar dengan metode Qiraati, Iqro, dan lainnya. Pesantren juga melakukan digitalisasi proses pembinaan santri melalui aplikasi berbasis Android, yang memungkinkan pencatatan hasil hafalan, murojaah, hingga absensi secara lebih efektif dan efisien. “Inovasi-inovasi inilah yang menjadi bagian dari upaya kami mencetak generasi Qur’ani yang bukan hanya kuat hafalannya, tetapi juga siap berkompetisi di level nasional dan internasional,” demikian, ustadz Imad. (Admin01. Radio Arki)