Jakarta – Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan ada perbedaan besar antara nahi munkar dan makar. Karena itu, saat ulama melaksanakan perintah agama berupa nahi munkar, Kalla meminta, hal itu tidak dimaknai sebagai makar.
“Beda makar sama munkar. Jadi jangan nanti orang bicara nahi munkar, ulama, nanti dikira makar. Hati-hati,” kata Kalla, Rabu, 22 Februari 2017, saat menghadiri acara malam puncak Masjid Istiqlal ke-39 di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Di sisi lain, Kalla meminta para ustad yang berdakwah di masjid-masjid untuk menahan diri dalam berbicara politik kekuasaan. “Para ustad juga jangan berbicara yang menjurus pada makar,” kata Kalla.
Kalla menjelaskan, nahi munkar adalah bagian dari perintah agama yang menganjurkan setiap orang untuk mencegah kemungkaran. Perintah ini bersanding dengan amar ma’ruf yang berarti perintah untuk menganjurkan perbuatan baik. Sementara makar adalah tindakan merongrong pemerintah.
Saat ditanyakan apakah ada indikasi masjid digunakan untuk makar, Kalla mengelaknya. “Ah tidak. Tidak ada masjid yang mengarahkan makar itu,” kata Kalla. “Masjid itu hanya amar ma’ruf nahi munkar saja.”
Malam puncak Milad Istiqlal ke-39 digelar sebagai rangkaian memperingati hari lahir Masjid Istiqlal. Acara dilakukan dengan sejumlah kegiatan Festival Istiqlal berlangsung pada 10-27 Februari 2017. Berbagai acara tersebut diantaranya pembersihan Istiqlal yang dilakukan 200 Mahasiswa Pencipta Alam dan pameran arsip sejarah Istiqlal yang berlangsung 22-27 Februari.
Dalam pameran ini ditampilkan berbagai dokumentasi, gambar, foto-foto sejarah Istiqlal yang belum dimuat di media manapun. Selain itu, ada pula acara diskusi, presentasi masjid Istiqlal, dan pertunjukan musik, dan pembacaan sajak oleh Sutardji Colzoum Bachri dan Acep Zamzam Noor.
AMIRULLAH SUHADA
(Sumber: Tempo.co)