Foto: Dr. KH. Zulkifli Muhadli, SH.,MM. (Ist)
Sumbawa Barat. Radio Arki – Dr. KH. Zulkifli Muhadli, SH.,MM mengungkapkan curahan hatinya melihat maraknya café café tertutup di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Sebagai salah satu peletak pondasi kabupaten yang dikenal dengan kabupaten fitrah tersebut, Kyai Zul sapaan akrab mantan Bupati KSB dua periode tersebut, merasa aneh sekaligus prihatin dengan munculnya usaha usaha café yang dibangun dengan bangunan tertutup dan berada di pojok pojok.
“Salah satu wajah negatif dari rasa senang yang saya lihat sebagai fenomena dan kita harus segera memikirkannya yakni, munculnya café café gelap. Dari sepanjang perjalanan Poto Tano sampai ke Balat. Saya tidak mengerti, apa yang mereka lakukan di café tertutup itu. Betulkah mereka sedang tahajjud di café itu, atau sedang zikir ?. Saya lewat ke Balat dan melihat ada café mojok. Ngapain mereka mojok ? kok tertutup dan jendelanya tidak ada?. Di empernya bahkan sudah ada dua tiga perempuan. Perempuan dari mana itu ya?”, tanya Kyai Zul, pada acara komunikasi sosial dengan komponen bangsa yang digelar oleh Kodim KSB, di Aula Kedai Sawah Rabu (16/12).
Fenomena adanya café tertutup yang berada jauh dari pemukiman seperti itu, kata Kyai Zul, harus menjadi perhatian semua pihak. Karena bisa saja dari tempat itu, tersebar penyakit penyakit, bukan saja penyakit masyarakat, namun juga penyakit fisik yang akan membebani kehidupan sosial masyarakat Sumbawa Barat. “Saya mohon ini menjadi perhatian kita semua, perhatian Pemerintah Daerah, Kapolres, Dandim, Kesbangpol, karena ini bisa menjadi sumber dari hilangnya rasa aman di tengah tengah masyarakat”, harap Kyai Zul.
Kyai Zul yang kini juga aktif sebagai Rektor Universitas Cordova menuturkan, bahwa KSB lahir karena campur tangan Allah SWT. Dimana lahirnya dibulan Ramadhan dan lima hari sebelum Idul Fitri. Ini adalah sebuah pesan dan amanah dari Allah SWT, untuk menjadikan kabupaten dengan motto pariri lema bariri tersebut sebagai Kabupaten Fitrah. Dan itu diabadikan dalam logo KSB, serta di lambang dan bendera KSB. “Jika teman teman berkunjung ke Masjid Nabawi di Madinah, Masjidil Haram di Makkah, terlihat sepanjang mata memandang ada bintang delapan terlihat. Itu yang kemudian kita adopsi dan kita bawa ke KSB, karena kita sadar kita tidak bisa tanpa pertolongan Allah KSB”, tutur Kyai Zul.
Kondisi hari ini dengan adanya tempat hiburan yang seperti itu, kata Kyai Zul, memberikan pesan kepada semua pihak agar berfikir tentang apa fenomena yang tidak terlihat dari adanya café tertutup tersebut. “Pasti ada fenomena yang tidak terlihat. Saya kira jika kita bisa memberikan perhatian terhadap kondisi itu, Insyaallah akan membuat KSB ini menjadi kabupaten yang penuh rahmat dan barokah”, tutup kyai Zul. (Enk. Radio Arki)