Foto: Ketua Badan Pengawas Pemira (Bawasra), Fauzi Maha Adyatma
Mataram. Radio Arki – Pesta Demokrasi kampus tingkat mahasiswa di lingkungan Universitas Mataram (Unram) bukan sesuatu yang asing. Kontestasi demokrasi tersebut lumrah dilakukan persekali setahun oleh penyelenggara Pemilu Raya Mahasiswa (Pemira).
Namun iklim demokrasi kampus yang di idamkan sejak lama itu, ternyata tidak sejalan dengan yang diharapkan Mahasiswa. Demokrasi atau pesta mahasiswa itu di intervensi terlalu dalam Birokrasi kampus.
Menanggapi itu, Ketua Badan Pengawas Pemira (Bawasra), Fauzi Maha Adyatma mengatakan, keterlibatan penyelenggara KPRM dan Bawasra diamputasi pihak kampus. Keputusan soal pemilihan diambil secara sepihak dan tidak berdasarkan aturan Pemira.
Pada posisi ini, seharusnya birokrasi Unram hanya memiliki otoritas melihat, memantau, dan menjaga keseimbangan Pemira bisa berjalan dengan aman dan stabil. Tetapi pada kenyataannya Birokrasi Unram dinilai terlalu dalam mencampuri urusan dapur Panitia Penyelenggara dan Panitia Pengawas Pemira.
“Birokrasi otoriter dalam mengambil keputusan yang berdampak pada kepada mahasiswa. Kebebasan penyelenggara dan pengawas dicatut. Demokrasi kita tak sehat lagi,”ucap, Fauzi dengan tegas kepada arkifm.com, Kamis (17/12).
Lebih lanjut, dia mengaskan dengan merasa sadar dan bertanggungjawab, memutuskan untuk mundur dari Pengawas penyelenggara Pemira Bem Unram.
“Bersamaan dengan ini, tugas kami diambil alih secara langsung Kampus. Universitas Mataram jadi KPRM dan Bawasra Unram. Kami tidak membutuhkan kedudukan papan nama yang pelaksanaanya Birokrasi Unram”,tandasnya. (Rif. Radio Arki)