Sumbawa Barat. Radio Arki – Pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), menggelar pertemuan teknis dan penyusunan perencanaan kegiatan tingkat kabupaten, di Aula kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) KSB, Kemarin (14/9). Kegiatan pertemuan teknis yang digelar selama 2 hari tersebut, difasilitasi oleh Dikpora KSB dan Program Kemitraan Pemerintah Australia dan Indonesia dalam peningkatan mutu pendidikan. Atau yang dikenal dengan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI, red).
Mendorong kualitas pendidikan tentu terus digiatkan oleh Pemerintah Dareah, apalagi melalui program INOVASI yang merupakan program yang berfokus pada pengembangan kapasitas guru, guna meningkatkan proses pembelajaran di kelas. Selain itu, program peningkatan belajar di kelas terus didorong, terutama dalam hal literasi dan numerasi sehingga adanya penigkatan hasil belajar siswa.
Sebagai salah satu dari enam kabupaten mitra INOVASI di Provinsi NTB, KSB berkomitmen untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas awal dengan mengimplementasikan program rintisan Guru BAIK (Belajar Aspiratif Inklusif Kontekstual). Program rintisan Guru BAIK tersebut telah tertuang dalam perencanaan daerah melalui APBD. Sehingga terlibat aktif dalam program rintisan peningkatan pembelajaran literasi tahap awal (PELITA).
Dalam pertemuan teknis dan penyusunan perencanaan kegiatan tingkat kabupaten, perwakilan unsur pemerintah daerah hadir berpartisipasi dalam diskusi. Selain itu, unsur perwakilan guru, kepala sekolah juga turut hadir. Selain itu, Wakil Bupati Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin, ST juga membrikan arahannya terkait upaya peningkatan kulaitas belajar mengajar di Sumbawa Barat.
“Sangat penting peran semua stakeholder dalam upaya keterlibatan aktif melalui diskusi seperti ini. Diskusi seperti ini sangat mendukung aktivitas belajar mengajar agar kemampuan literasi siswa dapat meningkat dan terus berkembang”, Ujar Fud Syaifuddin.
Fud juga beberkan beberapa fenomena yang terjadi saat ini di dunia pendidikan, khususnya di Sumbawa Barat. Ia sangat prihatin melihat kondisi minat baca siswa yang begitu rendah, sehingga ia berharap melalui program INOVASI bisa terus mendorong agar anak anak menemukan solusi dalam rangka meningkatkan literasi di lingkungannya.
“Fenomena di Sumbawa Barat teridentifikasi bahwa 19% dari siswa kelas awal di KSB belum bisa membaca. Melaui pertemuan ini, saya berharap kita bisa membahas bersama dan menemukan solusi untuk tantangan tersebut”, Terangnya.
Untuk diketahui, dalam pertemua teknis dan penyusunan perencanaan tersebut, Peserta pertemuan dibagi ke dalam tiga kelompok untuk membahas permasalahan dari tiga sudut berbeda, yakni dari guru, siswa, serta kelembagaan dan lingkungan. Dengan menggunakan metode tulang ikan (fishbone), ketiga kelompok menggali akar permasalahan dan menawarkan solusi yang sesuai.
Ditemukan bahwa kompetensi guru sering kali ditemukan kurang memadai. Hal ini dikarenakan kurangnya pelatihan guru dengan materi yang sistematis dan berkesinambungan, kurangnya supervisi kepala sekolah dan pengawas, kurang berfungsinya KKG, terbatasnya referensi sumber belajar dan mengajar guru, serta rendahnya motivasi belajar atau pengembangan diri. Solusi yang ditawarkan kelompok sudut pandang guru di antaranya penguatan program PKB berbasis KKG, diklat, dan peningkatan kualitas supervisi dan monev yang dapat diprioritaskan dalam APBD dan BOS.
Dari sudut pandang siswa, tantangan yang ditemukan adalah rendahnya kemampuan dan minat baca siswa. Akar masalah yang ditemukan adalah metode mengajar guru yang monoton, media pembelajaran membaca tidak tersedia, buku bacaan yang kurang sesuai, fasilitas perpustakaan yang tidak menarik serta kurangnya dukungan dan bimbingan orang tua terhadap anak. Beragam solusi ditawarkan. Pengadaan buku bacaan sesuai tingkat kemampuan baca dan minat siswa dan peningkatan kompetensi guru kelas awal melalui pelatihan dan lokakarya dapat menjadi jalan keluar yang dapat dituangkan dalam APBD.
Selain itu, para peserta diskusi juga menawarkan pengalokasian dana BOS sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk mengadakan pengembangan program membaca dan pengadaan perpustakaan, penyediaan media pembelajaran yang sesuai dan bervariasi baik untuk aktivitas dalam dan luar kelas, serta pengikutsertaan orang tua siswa untuk dapat berkontribusi dalam pengadaan buku bacaan.
Dari sudut pandang kelembagaan dan lingkungan, ditemukan bahwa masalah utama adalahnya keterbatasan kepemimpinan kepala sekolah yang disebabkan oleh belum optimalnya pelatihan, supervisi, dan sarana peningkatan kompetensi lainnya. Kelompok kelembagaan memaparkan bahwa proses seleksi harus lebih ditingkatkan, disertai dengan penguatan kapasitas, pengembangan instrumen supervisi yang lebih efektif, dan pemberdayaan KKKS sebagai bengkel perbaikan kepala sekolah.
Dari diskusi ini muncul ide dan solusi alternatif terkait kebijakan. Rekomendasi bagi para pemangku kepentingan dan pembuat keputusan di KSB adalah untuk memperluas imbas program rintisan peningkatan mutu pendidikan, PKB guru berbasis KKG/MGMP dalam bentuk kursus singkat literasi dan numerasi, Surat Keputusan Bupati untuk pelembagaan para fasilitator daerah (fasda) terpilih dan terlatih, serta adnya peraturan daerah atau peraturan Bupati (Perbup) berkaitan dengan peningkatan efektivitas pengelolaan pendidikan. Sehingga diharapkan kebijakan yang dapat diupayakan bersifat strategis sehingga dapat secara teknis dituangkan dalam instrumen yang jelas dan diwujudkan dalam bentuk program dan anggaran dari sisi operasional. (Enk. Radio Arki)