TEMPO.CO, Klaten – Penggerak aktivitas lintas iman dan budaya se-Indonesia menyepakati Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, sebagai tempat penyelenggarakan karnaval lintas iman (Indonesia Interreligious Carnival).
“Karnaval lintas iman dan budaya itu akan diselenggarakan tiap tahun untuk memperingati Hari Toleransi Sedunia pada 16 November,” kata pengurus Forum Kebersamaan Umat Beriman (FKUB Kebersamaan) Klaten, Gus Jazuli, di sela acara Temu Nasional Lintas Iman dan Budaya di Panti Retret Rumah Semedi Klaten, Selasa 15 November 2016.
Temu Nasional Lintas Iman dan Budaya adalah forum yang mempertemukan jaringan lintas iman dan budaya se-Indonesia. Dalam forum tersebut, puluhan tokoh lintas iman dan budaya dari berbagai daerah saling mempresentasikan dan berbagi pengalaman selama berjuang untuk menumbuhkan kesadaran ihwal pentingnya toleransi antar-umat beragama.
Temu Nasional Lintas Iman dan Budaya yang berlangsung sejak Senin 14 November-Rabu 16 November 2016 dibuka dengan karnaval lintas iman yang sudah digelar pada Sabtu malam 12 November 2016. Karnaval yang melibatkan 1.200 peserta dari enam identitas keagamaan itu menempuh rute dari Alun-alun Klaten sampai Monumen Joang 45.
Beragam kreasi seni dan budaya dari berbagai agama dan etnis itu disuguhkan dalam karnaval yang dibalut nuansa indahnya perbedaan dalam kedamaian. “Klaten punya banyak potensi, mulai dari desa wisata, desa multikultur, desa angkringan, desa kerajinan, dan lain-lain,” kata Jazuli. Peserta karnaval dari luar daerah juga dipersilakan membawa atraksi seni dan budaya dari daerahnya masing-masing.
Sekretaris Forum Dewan Paroki Rayon Klaten, Yohanes Eko Mardiyono, mengatakan karnaval lintas iman dan budaya perdana pada Sabtu lalu diikuti kontingen dari sejumlah organisasi dari Nahdlatul Ulama Klaten, Paroki Jombor Klaten, Komunitas Wushu Klaten, Tari Topeng Ireng Magelang, Stube Hemat Jogja, FKUB Lampung.
“Puncaknya (Selasa 15 November 2016) diselenggarakan pagelaran seni budaya kolosal yang menampilkan Vocalista Angels dan sejumlah kesenian tradisional lain di Monumen Joang 45,” kata Eko yang juga panitia Temu Nasional Lintas Iman dan Budaya.
Bentuk kesenian itu meliputi seni tradisi berupa karawitan, tari gecul petruk, tari angkasa, gedruk Merapi, terbang dan hadroh, paduan suara, ganjur, mantram, lesung, dan jantur, hingga tari kontemporer dan perkusi.
sumber : tempo[co]