Mataram. Radio Arki – Berternak sapi menjadi salah satu peluang yang potensial di NTB. Selain memiliki potensi kawasan ternak yang cukup luas, juga beternak sapi telah menjadi bagian dari tradisi budaya masyarakat NTB.
Untuk pengembangannya kedepan, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah memiliki konsep baru, yakni mengubah pola beternak sapi yang cendrung tradisional dan kurang produktif, yang hanya mengandalkan pakan dari rumput saja, atau bahkan melespasliarkan ternak digunung, ke pola modern dengan membiasakan peternak menggunakan pakan konsentrat.
Saat meninjau kesiapan Pelabuhan Bongkar muat Pelindo III cabang Lembar menyambut datangnya import sapi Australia, selasa (12/8). Gubernur menegaskan bahwa pengembangbiakan sapi di NTB, tidak bisa dilakukan secara berdiri sendiri saja. Tetapi saat bersamaan juga harus penyediaan pakan yang berkualitas.
Untuk memancing tumbuhnya industri peternakan sapi tersebut, sambung Gubernur, pihaknya akan memberikan kemudahan bagi pengusaha yang ingin mengelola usaha pengembangbiakan sapi di NTB.
“Bukan Pemda NTB yang akan mengimpor sapi dari Australia atau Darwin. Tapi akan membantu dan memfasilitasi investor yang tertarik untuk bisnis di area ini,” terangnya.
Seperti halnya memancing datangnya investasi di bidang pengembangbiakan sapi, Pemprov NTB pun akan berusaha menarik dan membantu investor yang mau membuat pabrik pakan di NTB.
“Bahan baku untuk Pabrik ternak tersebut cukup tersedia di NTB. Misalnya Jagung, lantoro dan lain-lain yang melimpah merupakan bahan baku bagi pabrik pakan tersebut,” tambahnya.
Gubernur optimis dengan adanya pabrik pakan tersebut, maka nilai-tambah produk pertanian masyarakat NTB akan semakin meningkat. “Jagung dan lain-lain akan mulai diolah di tempat kita,” ujarnya.
Menurut Doktor Zul, Investasi di pabrik pakan ini hanya akan menarik kalau pasarnya ada.
“Nggak ada insentif untuk munculnya pabrik pakan kalau yang mengonsumsi pakannya nggak ada. Saat ini sapi kita kurang dan petani kita nggak mau dan belum terbiasa dengan pakan olahan. Karenanya, pasar untuk pakan ini harus diciptakan,” terangnya.
Untuk membuat insentif hadirnya industri pakan tersebut, maka pihaknya mengambil satu terobosan untuk mendorong impor sapi Australia sehingga menjadi opsi menarik untuk mereka yang tertarik membangun industri pakan.
Proses pembiakan sapinya dilakukan di Australia. Sementara, penggemukannya dilakukan di NTB. Usaha penggemukan sapi inilah yang akan memunculkan permintaan pakan.
“Disinilah pasar untuk industri pakan muncul. Di saat yang sama, semua fasilitas modern RPH kita dan lain-lain bisa termanfaatkan yang selama ini idle. Jadi pengolahan sapi kita mulai jalan dan dagingnya bisa dijual ke Jawa bahkan ke luar negeri,” ujarnya.
Strategi ini bukan berarti spesies sapi lokal diabaikan. Pengembangbiakan sapi lokal juga tetap akan menjadi pilihan untuk diseriusi. Malahan, upaya mendatangkan sapi impor bisa juga dilakukan oleh pedagang-pedagang sapi lokal di NTB.
“Hasil produksi pabrik pakan bisa juga diekspor ke Australia. Tidak tertutup pula kemungkinan bahwa suatu saat, cattle station di Australia akhirnya dikelola dan dimiliki oleh orang-orang NTB sendiri,” tambahnya.
Menurut Doktor Zul, saat ini ia tengah berupaya membujuk pemain besar yang berpengalaman di bidang ini. Gubernur mengandaikan, saat para pengimpor sapi ini mendatangkan 20 ribu sapi dari Australia ke Jakarta, sebagian kecil dari angka itu bisa saja digemukkan dulu di NTB.
“Bisa saja diturunkan di Lembar 500 atau 1000 ekor untuk kemudian digemukkan dan diproses di NTB. Seiring dengan berlalunya waktu, kita akan ada pembelajaran dan pengalaman untuk kemudian skala usahanya diperbesar,” tuturnya.
Doktor Zul menyadari, semua ini memang tidak akan semudah di atas kertas. Namun, seperti yang selalu diutarakannya, perjalanan panjang, selalu harus dimulai dengan langkah pertama.
“Para pemenang dan pahlawan biasanya berani menempuh jalur yang tidak biasa dan jalan yang jarang dilalui oleh orang lain,” pungkasnya. (San. Radio Arki)