Mataram. Radio Arki – Kepolisian Daerah (Polda NTB) kunjungi Ponpes Daarusy Syifaa Dusun Dasan Tereng Desa Tirtanadi Kecamatan Labuhan Haji Lotim, Rabu (6/11).
Kunjungan tersebut yaitu tindak lanjut dari program Quick Wins Polri, yakni Pembentukan dan pengefektifan satgas Ops Polri kontra radikal dan deradikalisasi (khusus Isis).
Sebagaimana diketahui Ponpes Daarusy Syifaa di klaim terpapar paham radikal. Namun terlihat menaikkan bendera merah putih di halaman ponpes, di sampaikan tetap NKRI dan Bhineka tunggal Ika.
Humas Polda NTB PS. Kasubbid PID, R.Djoko mengatakan, pihaknya mendantangi ponpes Daarusy Syifaa untuk bersilaturahmi dan serap infomasi, juga memastikan anggapan yang berkembang ditengah masyarakat. Ada persepsi bahwa ponpes ini terpapar Radikal.
“Tujuan kita hanya silaturahmi dengan pihak ponpes Daarusy Syifaa. Di samping itu kita ingin pastikan info yang berkembang adanya paham radikal di ponpes ini,”ucapnya.
Kata, Wakil Direktur Ponpes Darusy Syifaa, Taufan Iswandi.M.Si mengatakan, ini bukan kali pertama di datangi oleh aparat. Ia uraikan juga ponpesnya terbuka untuk siapa saja, serta telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak di Lotim. “Selalu kita sampaikan jangan terlalu termakan stigma atau pengaruh negatif tentang ponpes kami,”ucapnya.
Lebih lanjut dia sampaikan, kepada khalayak ramai. Sebagai warga negara yang baik kalau pun ada anggapan demikian, pihaknya dengan tegas tetap cinta tanah air. “Nyatanya kita tetap pake bendera merah putih, ini bukti kita tetap cinta tanah air,”katanya.
Dikatakannya, hubungan dengan polmas dan babinsa tetap baik. Sering juga bertandang ke ponpes Daarusy Syifaa. Pengakuannya pun bosan dengan isu seperti itu.
“Kita siap di panggil untuk menyampaikan kondisi yang sebenarnya,”cetusnya.
Sebagai informasi berdirinya ponpes Daarusy Syifaa Tahun 1992. Sementara SK Akreditasi kementriannya sekitar tahun 2007 di terbitkan. Total santri secara keseluruhan baik dari Lombok maupun diluar Lombok cukup meningkat.
“Dari awal berdiri sampai hari ini. Santriwan dan santriwati meningkat. Alhamdulillah jumlahnya yang sekarang sebanyak 350 orang,”ujarnya.
Selain itu, penjelasan Iswandi. Kegiatan rutin yang di lakukan ponpes itu, ada juga kegiatan penambahan latihan fisik, yakni kegiatan laskar santri sama bela diri.
“Laskar santri rabu sore, dan bela dirinya selasa sore,”cetusnya.
Sementara, Pimpinan Ponpes, TGH. Tafaul Amri Hidayah, menepis adanya isu yang berkembang. Maka pemerintah yang mestinya menyaring sesuatu. Tidak selalu kaitkan bahwa radikal itu selalu agama yang di kaitkan.
“Pemerintah tugasnya menenangkan bukan membuat kisruh,”harapnya
Dijelaskannya, jika ada kesan dari latihan bela diri yang dianggap itu bagian dari kegiatan yang tergolong radikalisme. Kepada aparat diminta datang melihat langsung. Bahkan kalau bisa ngelatih anak didiknya.
“Harapan kita ke polisi bahkan TNI untuk ngelihat langsung apa yang di lakukan Ponpes kita,”cetusnya. (M Arif. Radio Arki)