Jakarta. Radio Arki – Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) menggelar doa bersama terkait penyerangan tentara Israel kepada rakyat Paletina. Doa bersama ini berlangsung di sekretariat GPII, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (22/11).
Kabid HI PP GPII, Farizs Rama Putra, mengatakan pihaknya mengecam tindakan brutal Israel karena penyerangan tersebut menyebabkan puluhan masyarakat sipil, baik perempuan maupun anak-anak, Palestina tewas dan ratusan lainnya di tahan.
Farizs berharap berharap dengan adanya doa bersama ini konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah, khususnya konflik Israel dan Palestina, segera berakhir.
“Semoga Allah mendengar dan mengabulkan doa kami ini. Kami tidak ingin Palestina ditindas dan kami mengecam serangan Israel kepada Palestina itu,” ujar Farizs kepada wartawan disela-sela doa bersama bertajuk “Pray For Paletine”.
Farizs mengatakan, doa bersama untuk Palestina ini dihadiri kader-kader organisasi kemahasiswaan lainnya. Ada kader Himpunan Mahasiswa Islam, Gerakan Mahasiwa Matlaul anwar, PP HIMMAH, Pemuda Muslim indonesia, PGK, dan KB GPII. “Ini kita sejabodetabek. Kami ingin dunia ini damai karena penindasan kepada Palestina itu tidak berprikemanusiaan,” tandas dia.
Dalam kesempatan itu, Farizs juga meminta pemerintahan Indonesia lebih agresif mengajak negara-negara Islam, yang tergabung dalam Organisasi Kerjasana Islam (OKI) bersatu menyatakan sikap keras dan membuat keputusan yang lebih konkrit dalam membela kemerdekaan Palestina.
“Dan kami juga meminta Presiden Jokowi datang ke Yerussalem sebagai langkah diplomatik Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan melakukan Ibadah di Masjidil Aqsha bersama Ummat Muslim Palestina,” kata Farizs.
Menurut Farizs, jika nanti Jokowi datang ke Yerussalem hal itu sesuai dengan azas politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif dalam perdamaian dunia. Dan Jokowi akan mendapat apresiasi dari dunia Internasional jika nantinya berhasil mendamaikan konflik Israel dan Palestina.
“Harus ada sikap tegas pada Israel untuk menghentikan agresi yang mereka lakukan dan menghargai gencatan senjata yang telah disepakati agar terwujud perdamaian,” katanya.
Sementara itu, sekjend DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), Ryan Hidayat, mendorong pemerintah Indonesia melakukan upaya membangun basis politik internasional, yang pernah dilakukan Soekarno, jika serius hendak menyelesaikan konflik Israel-Palestina. “Karena kelemahan kita itu ada basis politik internasional. Jadi, ini harus terus diupayakan pemerintah,” kata Ryan.
Ryan mencontohkan, bagaimana Indonesia, misalnya, dapat meyakinkan negara-negara Islam yang tergabung di OKI menjadi solid dalam mendukung dan mengakui kemerdekaan Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat.
“Karena OKI itu juga pecah dan tidak solid. Dan bagi saya Indonesia harus bisa menyatukan OKI. Apalagi kita punya hutang budi pada Palestina,” tandas Ryan. (M Arif. Radio Arki)