NEWS

Dugaan Pencemaran Lingkungan, Edwin : DLH KSB Harus Berani Bersikap

“Kondisi lingkungan di Sumbawa Barat semakim mengakhawatirkan. Meskipun telah terdapat penelitian yang menunjukkan tentang pencemaran lingkungan yang mengkhawatirkan atas aktifitas tambang rakyat, sejauh ini belum ada tindakan tegas pemerintah daerah Sumbawa Barat.”

Sumbawa Barat. Radio Arki- Sejumlah ikan di sungai wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Taliwang –Banjar diketahui beberapa hari lalu banyak mati. Kondisi itu diduga diakibatkan oleh pencemaran lingkungan oleh karena aktifitas penambang rakyat yang tak jauh dari lokasi tersebut. Salah seorang warga, Edwin Ramdhani yang mengaku memiliki sawah diseputaran itu mengaku khwatir dan mendesak agar pemerintah melalui DLH berani bertindak tegas.

Ikan yang mati di DAS Banjar. (Sumber : Edwin)

“ini kejadian sudah kesekian kalinya. Ini sudah posisi sangat berbahaya, kami minta pemerintah tegas, jangan terus membiarkan sampai ada korban jiwa,” pintanya kepada pemerintah, saat diwawancarai media ini, Sabtu (7/10) pagi tadi.

Menurut Edwin, kondisi pencemaran lingkungan di Banjar dan sekitarnya, termasuk persawahan warga adalah keadaaan yang selama ini dibiarkan pemerintah daerah. Padahal dampak lingkungan atas pencamaran lingkungan itu semakin mengkhawatirkan.

Pemerintah pastinya sudah tahu  ada berapa ternak yang sudah mati, tegasnya, dan sudah berapa kali ikan mati di air sungai DAS Desa Banjar. Artinya dengan sejumlah bukti dan fakta itu harusnya sudah cukup alasan pemerintah untuk bertindak tegas, bukan justru membiarkan, apalagi seolah olah tidak berdaya oleh kegiatan pertambangan yang sudah jelas ilegal seperti itu.

Sementara itu menyikapi persoalan tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KSB Drs. H. Hamzah, mengakui bahwa terdapat sejumlah ikan yang mati di sekitar daerah aliran sungai di Banjar Taliwang. Tetapi kondisi itu, tidak dapat serta merta dikaitkan dengan aktitas penambang rakyat. Harus ada mekanisme pengujian atau investigasi mendalam untuk memastikan bahwa ikan yang mati itu adalah dikarenakan mercuri dari aktifitas pertambangan rakyat.

“belum bisa pastikan serta merta dan juga disimpulkan,  apakah ini (ikan) karena merkuri dari aktifitas penambang. Tetapi secara kedinasan, kami akan bersikap dan meminta Dinas Lingkungan Hidup Pemprov NTB untuk melakukan pengecakan terhadap kondisi tersebut,” ungkapnya.

sejumlah pihak (DLH, Polisi, Warga desa Banjar) ikut melihat lokasi. (Sumber : Edwin)

Selain Dinas Lingkungan Hidup, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan dinas Energi Sumber Daya Mineral provinsi NTB menyangkut tentang aktifitas tambang rakyat di sekitar wilayah tersebut. Karena kalau melihat tentang sebab akibat dari kondisi tersebut, maka harus melibatkan banyak pihak. Apalagi kewenangan tentang ESDM sudah ada di provinsi.

“kami tidak mungkin tinggal diam, apalagi sampai menuggu ada korban. Kita akan lebih proaktif untuk memediasi dan melaporkan banyak informasi terhadap hal tersebut. Karena segala aktifitas tentu harus dilihat secara proporsional kewenangannya.” Tukasnya.

Meski demikian ia mengakui, pihaknya sudah mendapatkan informasi tentang hasil uji lab tahun 2016 lalu, yang dilakukan Dinas ESDM KSB bersama dengan tim Universitas Gajah Mada (UGM). Dalam hasil uji labratorium tersebut, ESDM KSB menemukan adanya kandungan mercury sebesar 002 sampai dengan 1,72  miligram perliter air di beberapa wilayah DAS Sumbawa Barat, seperti di kecamatan Brang Rea da kecamatan Taliwang, termasuk Desa Banjar. (Unang Silatang. Radio Arki)

 

Related posts

Kecamatan Sekongkang Juara Umum MTQ ke 15 KSB

ArkiFM Friendly Radio

DPMPDes Gandeng FISIP UNDOVA Lakukan Seleksi Bakal Cakades

ArkiFM Friendly Radio

Gila !, Bulan Juli Dua Kasus Pencabulan Dibawah Umur Terjadi di Brang Rea

Leave a Comment