Sumbawa Barat. Radio Arki – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) mengungkap adanya komunitas Lelaki Seks Lelaki (LSL) di wilayahnya dengan jumlah mencapai ratusan orang. Namun, pihaknya menghadapi kendala dalam mendeteksi penyebaran HIV/AIDS di komunitas ini, karena sifat aktivitasnya yang tidak terpusat dan sulit teridentifikasi secara fisik.
Komunitas LSL adalah kelompok yang terdiri dari individu yang memiliki ketertarikan seksual, emosional, atau personal kepada sesama laki-laki. Istilah ini berasal dari Men who have Sex with Men (MSM), yang digunakan untuk menggambarkan komunitas laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis.
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Dinkes KSB, Indra Alamsyah, mengakui bahwa LSL merupakan kelompok yang sulit dijangkau dalam upaya deteksi dini HIV/AIDS. Tidak seperti Wanita Pekerja Seks (WPS) dan waria yang memiliki lokasi aktivitas yang lebih jelas, komunitas LSL beroperasi secara tertutup.
“LSL menjadi tantangan bagi kami karena tidak mungkin langsung menuduh seseorang terinfeksi HIV/AIDS tanpa pemeriksaan medis. Berbeda dengan WPS atau waria yang aktivitasnya bisa dipantau, komunitas LSL lebih sulit dideteksi,” ujar Indra saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (24/1/2025).
Ia menjelaskan bahwa komunitas LSL tidak memiliki tempat berkumpul yang tetap, sehingga menyulitkan pemantauan dan pencegahan. Selain itu, secara fisik mereka tampak sehat, berbeda dengan kelompok lain yang berisiko tertular penyakit menular seksual (PMS) yang sering kali menunjukkan ciri fisik tertentu.
Untuk mengatasi kendala ini, Dinkes KSB mencoba menggunakan metode alternatif, salah satunya melalui aplikasi Walla, yang merupakan platform komunikasi sesama pria. Dengan aplikasi ini, pihaknya dapat memperkirakan jumlah populasi LSL di wilayah KSB.
“Aplikasi ini hanya membantu kami dalam mengetahui sebaran populasi LSL, tetapi tidak dapat secara langsung mendeteksi apakah mereka terinfeksi HIV/AIDS atau tidak,” jelas Indra.
Dari hasil investigasi yang dilakukan, Dinkes KSB mencatat bahwa terdapat sekitar 534 individu yang teridentifikasi sebagai bagian dari komunitas LSL di KSB. Data ini diperoleh melalui penelitian dan observasi langsung di lapangan.
“Kami terus berupaya mencari strategi yang lebih efektif dalam melakukan pencegahan dan deteksi dini HIV/AIDS di kalangan LSL, karena semakin dini terdeteksi, semakin cepat pula kami bisa melakukan penanganan,” pungkasnya. (Admin02.RadioArki)