“Minat literasi (membaca dan menulis) siswa tentu sangat dibutuhkan untuk bisa menjadikan siswa itu berprestasi dan memperkaya pengetahuannya. Apalagi saat ini, indonesia masih terbilang sebagai negara yang masih rendah dalam hal ini.”
Sumbawa Barat. Radio Arki- Literasi saat ini mulai menjadi trending. Pasalnya, sebagai negara berkembang indonesia masih diurtuan ke 60 dari 61 negara, posisi itu berada dibawah thailand yang berada di posisi 59. Berbagai kebijakan untuk mendorong hal tersebut terus didorong sejumlah lembaga melalui berbagai program, termasuk program INOVASI.
Dalam Sosialisasi Program Rintisan Pembelajaran Literasi Tingkat Awal (PELITA), wakil Bupati Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin ST menegaskan, minat literasi siswa idealnya harus dapat dicontohkan oleh guru-guru. Karena sangat sulit untuk mendorong siswa apabila guru yang merupakan sosok yang ditiru justru tidak memberikan contoh terhadap hal tersebut.
‘’Kepala Sekolah dan guru harus memberikan contoh gerakan litetasi agar diikuti anak-anak,’’ kata Fud, demikian ia akrab disapa, Rabu (28/3/2018) siang kemarin.
Menurut Fud, guru ibarat buku berjalan. Minat baca bukan saja ditumbuhkan pada anak-anak tapi mulai dari guru sendiri. Guru adalah contoh, Jika guru tidak bisa memberikan yang terbaik, maka tidak mungkin murid atau siswa akan melakukan yang terbaik. Karenanya, mulailah mencintai profesi sebagai guru. Dengan mencintai profesi tersebut, guru akan memberikan dedikasi yang terbaik untuk anak-anak.
Meningkatkan kesadaran membaca atau literasi yang kemudian membangkitkan kesadaran menulis dan berhitung tidak cukup dengan mengajak. Lanjutnya, maka harus ada gerakan yang dilakukan sekolah sebagai ujung tombak. Ia pun mencontohkan pertama, seperti yang dilakukan di SDN 1 Sapugara Bree, dimana pihak sekolah menempel beraneka tulisan yang berwarna warni dengan tujuan mengajak siswa membaca.
Kedua, bisa menggerakkan dan meningkatkan literasi dengan menjadwalkan anak-anak ke perpusatakaan. Atau bisa juga bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan mendatangi sekolah agar anak-anak bisa bisa membaca buku lebih banyak. Ketiga memberi pekerjaan rumah kepada muridnya untuk membuat dongen, sehingga murid tersebut akan membaca kemudian menulis dongen yang diminta guru. Atau kemudian membuat lomba pidato, lomba karya tulis di sekolah.
“Lomba tersebut akan membuat murid mencari referensi yang tentu akan mereka baca dan ditungkan dalam bentuk tulisan.” Tegasnya.
Koordinator INOVASI KSB selaku Ketua Panitia Sosialisasi Dr. Zulkarnain, M.Pd dalam laporannya menyampaikan, program ini merupakan program berkelanjutan. Telah dilakukan prapilot di tiga sekolah, pertama di SDN 4 Taliwang, MTS Lamunga dan SDIT Imam Syafi’i dan berjalan sukses kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi hari ini. Sosialisasi dilaksanakan dua hari, hari kedua akan dilaksanakan tanggal 3 April mendatang di Gugus Tiga Kecamatan Brang Ene.
“Kegiatan dilakukan agar melahirkan perubahan meski terlihat kecil untuk meningkatkan Calistung (Baca Tulis Hitung) anak-anak. Selain itu, juga untuk memperkenalkan Inovasi di KSB. Akhirnya adalah bagaimana pembelajaran literasi bisa dilanjutkan oleh Pemerintah Daerah,”ujarnya.
Sementara itu, Advisor Inovasi Provinsi NTB, Sri Widuri dalam sambutanya mengatakan, hari ini dimulai secara resmi program rintisan PELITA. Tahun lalu hanya prarintisan untuk menggodok dan melihat apa kekuatan dan tantangan untuk mendisain program hari ini. Program ini akan berjalan sampai bulan November mendatang. Tujuannya untuk melahirkan metode bagi guru, guna mempercepat anak-anak kelas 1 sampai kelas 3 bisa calistung sesuai jenjangnya.
‘’Ini terlihat sederhana memang, INOVASI hadir untuk mendukung karena realita banyak anak kelas satu sampai tiga belum bisa calistung. Sementara banyak juga anak-anak yang bisa menghafal Al-Qur’an, ini apa masalahnya dengan calistung, karenanya potensi guru dan sumber daya lokal kita ramu untuk menjawab permasalah ini,”ungkapnya.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga KSB, Drs. Tajuddin, M.Si mengatakan, strategi dasar membangun kemajuan pendidikan ada tiga, yakni pemerataan/perluasan unit pendidikan, peningkatan mutu dan manajemen kependidikan.
“Untuk pemerataan unit pendidikan, Alhamdulillah di KSB berjalan baik. Tidak ada anak-anak yang tidak terjangkau unit pendidikan, termasuk dukungan fasilitas yang memadai. Untuk peningkatan mutu, setiap tahun peningkatan mutu terus dilakukan. Masalah literasi meningkatkan kemampuan calistung ini gampang-gampang susah. program calistung merupakan barang lama yang dikemas baru. Sejak zaman orde baru, anak-anak harus bisa calistung baru bisa naik kelas. Kemudian bergeser di era reformasi yakni dengan dilahirkannya program wajib belajar 12 tahun. Program ini mengarahkan anak-anak tetapi bisa naik kelas meski tidak bisa Calistung,”jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, masalah di lapangan, ada banyak guru yang ternyata juga tidak memiliki target. Tidak menyusun RPP (rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang jelas. Yang terjadi hanya memberikan pengajaran begitu saja. Ini tentu berdampak pada peningkatan mutu atau kemampuan anak-anak. Untuk itu, Dikpora melakukan konsolidasi dengan pengawas sekolah, agar hasil pengawasan dilaporkan setiap bulannya, pola ini untuk mengetahui di mana kelemahan yang terjadi.
‘’Program Inovasi ini bisa membangkitkan semangat untuk menguatkan pembelajaran di kelas. Jika tidak membawa perubahan yang signifikan dari evaluasi maka bisa saja dihentikan.”tukasnya. (Unang Silatang. Radio Arki)