Dompu. Radio Arki – Turun ke desa sudah menjadi semacam rutinitas bagi Anggota DPR RI Dapil NTB, H. M. Syafrudin, ST, MM. Namun, kali ini, Syafrudin mendapatkan gambaran praktik demokrasi yang menarik saat membaur dengan warga Desa Lepade, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, NTB.
Praktik demokrasi tersebut tergambar dalam proses pemilihan Punggawa So Bara dan So Jero Selatan, yang digelar Senin (14/5).
Warga setempat, Drs. Burhan A. Bakar memaparkan, sepasang Punggawa dipilih melalui mekanisme pemilihan demokratis, oleh warga pemilik/penggarap lahan pertanian di So Bara dan So Jero Selatan. Punggawa ini memiliki masa jabatan lima tahun, yaitu dari 2018 hingga 2023. Mereka akan mengemban amanah sebagai pengatur air irigasi yang diterima oleh para petani penggarap atau pemilik lahan di daerah tersebut.
“Tugas Punggawa adalah mengatur distribusi air dari hulu ke hilir di empat desa. Diantaranya Desa Manggeasi, Kelurahan Potu, Desa Kareke dan Desa Lepadi,” tutur Burhan.
Ia menambahkan, dua pasang kandidat yang tampil di pemilihan kali ini adalah pasangan A. Wahab – Nasarudin dan Usman – Syamsudin. Dua pasangan ini akan dipilih oleh mereka yang memiliki hak suara.
Menurut Burhan, tradisi pemilihan semacam ini sudah bertahan selama beberapa generasi. Dengan kata lain, pemilihan ini merupakan perpaduan antara kebudayaan pertanian lokal, dengan tradisi pemilihan umum yang diadaptasi dari negara-negara barat.
“Jadi memang sama dengan sistim pemilihan kepala desa dulu. Dan ini sudah berlangsung lama sekali. Pada saat jaman Pak Harto, sudah mulai seperti ini. Makanya saya bilang demokrasi yang paling awal itu di tingkat desa,” ujarnya.
Burhan juga mengutarakan kebanggaan dirinya dan warga desa karena pemilihan kali ini disaksikan langsung oleh wakil rakyat mereka, yaitu H. M. Syafrudin. Menurut Burhan, Syafrudin adalah sosok yang sangat dikenal oleh warga setempat.
“Makanya luar biasa, begitu dia turun dari mobil itu, langsung kita jemput. Karena kita sudah sangat mengenal beliau, wakil kita di DPR RI, dan beliau putra daerah. Kami semua merasa dekat dengan beliau,” ujar Burhan.
Ia juga meyakini sekaligus berharap Syafrudin akan kembali terpilih mewakili masyarakat di Pemilu 2019 mendatang. Terlebih, saat ini Syafrudin telah cukup populer di kalangan pemilih, khususnya di Pulau Sumbawa. Balihonya di Bima sampai Mataram, karena memang Dapil NTB. Balihonya luar biasa dari Sape sampai di sanalah,” ujarnya.
Burhan juga mengaku tidak merasa ada jarak antara dirinya dengan Syafrudin, meski yang bersangkutan merupakan seorang pejabat tinggi. “Memang tidak ada jarak. Ini kita semua sudah (duduk) mengelilingi beliau. Dikelilingi tokoh agama ini. Beliau membaur, luar biasa. Karena memang beliau orang daerahnya sendiri,” tandas Burhan.
Terkait hal ini, Syafrudin menegaskan kekagumannya akan tradisi pemilihan Punggawa So Bara dan So Jero Selatan, yang digelar warga setempat. Ia menambahkan, tradisi ini unik karena pemilihnya memang berbasiskan kepentingan penggunaan lahan pertanian.
Pemilih tidak ditentukan berbasiskan domisili desa. Warga dari luar desa setempat, asalkan merupakan penggarap lahan, akan diundang untuk memberikan hak suara. Sebaliknya, meskipun memiliki lahan, namun jika bukan penggarap lahan, tidak akan dapat hak suara.
“Jadi sudah didata. Siapa saja pemilih di sana dan siapa di sini. Persis penentuan daftar pemilih di Pilpres,” ujarnya dengan bersemangat.
Syafrudin menambahkan, saat ini terdapat 168 peserta yang memberikan hak suaranya dalam pemilihan tersebut. Ia menilai, bertahannya praktik semacam ini menunjukkan bahwa tradisi demokrasi sesungguhnya cukup dinamis di tingkat desa. Terlebih, karena pemilihan ini juga akan menyangkut hajat hidup para pemilih tersebut.
Mereka yang terpilih, akan mengatur tata kelola pertanian mereka, khususnya dalam hal pembagian irigasi. “Sampai hasil akhirnya nanti, maka punggawa ini akan mendapatkan hasil panen dalam bentuk padi sebesar 2 persen dari hasil panen petani tersebut. Jadi ini menarik sekali,” pungkas Syafrudin. (*)