Sumbawa Barat. Radio Arki – Pencemaran lingkungan akibat dampak pertambangan liar dengan penggunaan mercury kini nampak semakin serius. Setelah sebelumnya Pemerintah Daerah dibantu TNI dan Polri berkomitmen akan menertibkan aktifitas Pertambangan Tanpa Ijin (PETI), kini tim dari Kementerian Kesehatan RI melalui Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya mengatensi isu pencemaran lingkungan di KSB. Mereka turun langsung ke Sumbawa Barat untuk mengambil sample pencemaran lingkungan.
“Tim dari Kementerian Kesehatan sudah turun mengambil sample akibat mercury dan sianida selama 2 hari, mulai tanggal 1 hingga 2 April 2019. Satu titik di Kecamatan Taliwang dan 1 titik di Kecamatan Brang Ene. Penentuan lokasi tersebut berdasarkan permintaan dari Balai besar kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit (BTKLPP) yang berlokasi di Surabaya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan, melalui kepala bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit (P2P), H. Muhammad Yusfi Khalid, S.KM, kemarin (4/4).
Untuk memudahkan proses pengambilan sample, dari Dinas Kesehatan Sumbawa Barat telah melakukan koordinasi dan membuat tim dengan Puskesmas Brang Rea dan Puskesmas Taliwang. Selain itu, pihaknya juga melibatkan Pemerintah Desa dibantu babinsa dan bhabinkamtibmas untuk melakukan pendampingan pengambilan sample dari kementerian kesehatan melalui BTKLPP Surabaya.
“Pengambilan sample dilakukan mulai dari daerah hulu, tengah dan hilir. Beberapa sample yang diambil mulai dari, ikan, air, tanah, lumpur, daging, padi, buah buahan, keong, kangkung, daun kelor, dan beberapa sample lainnya yang diduga terpapar mecury dan sianida. Untuk pengambilan sample di manusianya, diambil sample darah dan sample rambutnya,” terang ketua umum PPNI KSB tersebut.
Terkait dugaan penyakit yang telah muncul di akibatkan paparan mercury dan sianida, Yusfi mengakui potensi dugaan penyakit yang mengarah kesana pasti ada. Namun untuk memastikan hal tersebut perlu dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu, baru bisa disimpulkan secara ilmiah.
“Kita tunggu saja hasil uji laboratorium dari BTKLPP Surabaya. Baru kita ketahui, tingkat bahaya dan potensi penyakitnya. Yang jelas nanti langsung disampaikan oleh Pak Bupati hasil uji laboratoriumnya. Ditunggu saja sampai minggu depan,” Demikian tutup Yusfi. (Enk. Radio Arki)