Rhee. Radio Arki- Kekurangan Gizi atau yang kemudian dikenal dalam dunia kesehatan dengan Stunting, Urai Humas IBI Sumbawa, Ulfa Naralaya, saat ini telah menjadi persoalan serius bangsa. Tak terkecuali di Sumbawa. Untuk itu keterlibatan banyak pihak dalam pencegahan stunting sangat diperlukan. Begitupun dengan pemuda, harus ada bentuk keterlibatan nyata dalam persoalan stunting. Setidaknya inilah yang menjadi alasan utama dan seharusnya diapresiasi dari kolaborasi kepemudaan di Sumbawa, yang menginisiasi gerakan salah satu kegiatan pencegahan stunting di kecamatan Rhee, Sumbawa.
“kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari lokus pencegahan stunting di Kabupaten. Karena kecamatan rhee dalam data kami adalah yang paling tinggi. Maka dari itu, kami membangun kesadaran pemuda di sana (baca; rhee), dan akhirnya mereka berkolaborasi utuk kegiatan tersebut,”terang Ulva, yang juga salah satu Konsultan di P2KTD Sumbawa, Senin (26/8) malam tadi, kepada media ini.
Adapun yang berkolaborasi dalam kegiatan itu, adalah Pemuda Muhammdiyah Rhee, Karang Taruna Desa Rhee, Karang Taruna desa Rhee Loka, Forum Komunikasi Pemuda Desa Kecamatan Rhee, dan termasuk Mahasiswa KKL dari Universitas Sumbawa.
Kegiatan pencegahan stunting yang diinisiasi dalam kolaborasi kepemudaan tersebut, jelas Ulva, dilaksanakan dalam bentuk seminar kecil yang melibatkan banyak pihak, seperti remaja sekolah, anggota karang taruna ataupun pengurus pemuda Muhammadiyah itu sendiri. Dalam kegiatan tersebut, peserta terlihat sangat antusias dalam menerima materi, termasuk data stunting dan bagaimana pencegahannya.
“harus diakui di Sumbawa memang tinggi (stunting), tetapi ini bukan hanya persoalan data. Melainkan pentingnya menjadikan perilaku hidup bersih dan sehat itu sebagai kebutuhan social yang utama.” Tukasnya.
“persoalan stunting sangat fatal, karena bukan hanya ada kerugian Negara yang mencapai triliunan rupiah. Melainkan ini tentang bagaimana menjadikan generasi kita sebagai generasi emas kedepan. Dan stunting itu tidak bisa dibebankan kepada salah satu pihak saja, kepada keluarga atau tenaga kesehatan saja. Harus ada keterlibatan banyak pihak, karena kesehatan itu juga bicara tentang perilaku. Nah inilah yang perlu kita tularkan dengan adanya kegiatan seperti ini.” Lanjut Ulva.
Selain Kolaborasi kepemudaan, tenaga kesehatan dari UPT Puskesmas Rhee, Pemerintah desa setempat juga ikut terlibat dalam kegiatan yang digelar di Aula kantor desa Rhee Loka, Sabtu (24/8) lalu.
“kami hanya ingin coba mengambil bagian, karena setelah mendapatkan data dan penjelasan dari petugas kesehatan, ternyata stunting ini sangat serius dampaknya. Maka dari itu kami menginisiasi dan mengajak teman teman lainnya ikut terlibat.” Ujar ketua Panitia, Ary Saputra, S.Kep.Ners, kepada media ini melalui rilisnya.
Seperti diketahui, Stunting adalah kondisi kekurang gizi yang mengakibatkan lambannya tumbuhkembang anak. Bukan hanya pada fisik, stunting juga mempengaruhi psikomotorik dan syaraf otak anak. Sehingga anak-anak yang terkena stunting akan lebih cendrung kurang produktif. Bahkan dalam penelitian kesehatan yang dilakukan pada tahun 2018 lalu, kerugian Negara karena stunting diperkirakan mencapai 300 triliunan. (Admin01.Radio Arki)