TEMPO.CO, Jakarta – Gempa berskala 6,4 skala Richter yang mengguncang Pidie Jaya, Aceh, hari ini menyebabkan kerusakan yang cukup besar. Puluhan bangunan dan tiang listrik roboh. Jalan retak dan sebagian rusak berat. Korban tewas hingga kini yang tercatat sudah 54 orang dan kemungkinan akan terus bertambah.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Tsunami BMKG Daryono mengatakan besarnya kerusakan yang timbul disebabkan tanah di zona gempa yang relatif lunak. Ditambah banyak bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa.
“Kondisi di zona gempa tanahnya cukup lunak sehingga terjadi amplifikasi getaran gempa ditambah banyak bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa,” kata Daryono saat dihubungi Tempo, Rabu, 7 Desember 2016.
Dihubungi terpisah, pakar gempa Institut Teknologi Bandung, Sri Widianto, berpendapat kerusakan parah karena gempa terjadi di darat dan kedalaman pusat gempa relatif dangkal. Gempa yang terjadi pada subuh tadi memiliki kedalaman 15 kilometer.
“Ini mirip dengan gempa di Yogya. Kedalaman relatif dangkal dan banyak yang rusak juga,” ujar Sri.
Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebutkan gempa hari ini terjadi karena adanya sesar atau patahan Samalanga Sipopok. Menurut Sri, sesar ini belum diteliti sehingga karakteristik gerakannya belum diketahui. Namun, kata dia, dari kejadian gempa subuh tadi, baru diketahui bahwa patahan Samalanga Sipopok bergerak horizontal ke kanan.
Menurut Daryono, patahan Samalanga Sipopok pernah membuat gempa di Aceh pada 1967. Kala itu, gempa yang dihasilkan berkekuatan 6,1 skala Richter. Sama seperti hari ini, gempa terjadi di darat dan menimbulkan kerusakan. “Ini repot. Gempa itu berulang tapi kita enggak bisa memprediksi periodenya,” tutur Sri.
MAYA AYU PUSPITASARI
(TEMPO)