Mataram. Radio Arki- Rencana kedatangan Imam besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq, di Mataram pada Ahad 29 Januari mendatang, ternyata mendapat penolakan dari sekolompok ormas yang tergabung dalam Aliansi Kebangsaan. Penolakan dilakukan, karena Imam Besar FPI itu dituding akan mengancam perdamaian dan kerukunan di Nusa Tenggara Barat.
Dalam orasi Koordinator Lapangan (Korlap) Aliansi Kebangsaan, Slamet Riadi mengatakan, saat ini Habib Riziek tengah mengancam perdamaian yang ada di Nusa Tenggara Barat, karena selain telah berkasus, dakwah yang disampaikan cendrung provokatif dan tidak toleran.
“kami tidak menolak dakwah Islamiyah. Justru kami sangat setuju dengan dakwah. Tetapi kami juga tidak ingin Nusa Tenggara Barat justru akan pecah oleh karena kedatangan Habib Riziek,” tegasnya.
Menurut Slamet, ulama di Nusa Tenggara Barat telah menjaga perdamaian di Nusa Tenggara Barat. Sehingga selama ini cendrung tidak ada letupan ataupun gesekan ditengah kebhinekaan di Nusa Tenggara Barat, khususnya pulau Lombok. Jadi dengan melihat, kondisi kebangsaan dan kondisi yang cendrung diidentikkan dengan Habib Riziek, pihaknya meminta kepada Kepolisian Daerah NTB untuk mempertimbangkan pengajian tersebut.
Aksi yang mengatasnamakan dirinya Aliansi Kebangsaan dari sejumlah Ormas Pemuda yaitu Nahdatul Ulama (NU) dan Nahdatul Wathon (NW), melakukan aksi didepan Mapolda NTB pada jam 11.00 Wita dan diterima Kepala Kepolisian Daerah NTB, Brigjen Umar Septono. Dalam penerimaannya, Jendaral Bintang satu itu justru menegaskan tidak punya alasan untuk menolak kedatangan Imam Besar FPI tersebut.
“masa orang mau tabligh akbar kita larang,” tegasnya, di depan awak media.
Jendral yang dikenal sangat religious tersebut, juga mengaku telah menerima surat ijin kedatangan dan kegiatan dakwah pengajian yang akan diisi Habieb Rizieq. Dan berdasarkan tanggungjawab, pihaknya justru akan memberikan pengamanan sesuai dengan prosedur pengamanan yang ada.
Seperti diketahui, Habieb Rizieq adalah tokoh yang mencuat pasca aksi Bela Islam di Jakarta beberapa waktu lalu. Imam besar FPI ini berhasil menjadi symbol perlawanan atas dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Thahja Purnama (AHOK). Tetapi anehnya, pasca menjadi symbol gerakan tersebut, Habieb Rizieq justru menjadi bulan –bulanan sekelompok ormas yang merasa bahwa Habieb Rizieq justru mengancam NKRI. Padahal, dalam aksi tersebut tidak pernah ada ajakan, apalagi pesan untuk melakukan makar dan mengancam kesatuan NKRI. Sebaliknya, dalam aksi itu dan Khutbah Jumat yang diisi oleh Imam Besar FPI tersebut, mengajak untuk menjaga kesatuan NKRI dan mendesak pemerintah untuk menegakkan hokum secara tegas dan adil. (US-ArkiRadio)