Sumbawa Barat. Radio Arki – Mekanisme penerimaan penghargaan untuk pemuda berprestasi, dalam bentuk beasiswa tahun anggaran 2019 mendapat kritik keras dari Himpunan Mahasiswa Sumbawa Barat (HIPMASBAR) Mataram. Ketua HIPMASBAR, Yud Indrajaya menilai, data nama-nama penerimaan penghargaan pemuda berprestasi yang dikeluarkan oleh pihak Pemda Sumbawa Barat banyak yang bermasalah.
“Sesuai surat dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) KSB Nomor 421/2270/DIKPORA/XII/2019, perihal pengumuman penerima penghargaan pemuda berprestasi dalam bentuk Beasiswa tahun anggaran 2019, menuai banyak kontroversi di kalangan mahasiswa. Dimana data nama-nama penerimaan penghargaan pemuda berprestasi yang dikeluarkan oleh pihak Pemda, dengan kuota S1 sebanyak 565 dan D3 sebanyak 36 banyak yang masalah,” ujar Yud Indrajaya, dalam press realeasenya kepada arkifm.com, Jum’at (6/12).
Permasalahan data, kata Yud Indrajaya, bukan muncul begitu saja. Hal tersebut terjadi, karena mekanisme awal pengajuan, sampai pengumuman penerimaan beasiswa selalu tuai masalah. Pada saat sosialisasi perbub penghargaan pemuda berprestasi misalnya, dengan lantang pemerintah menyampaikan bahwa tidak akan menerima berkas beasiswa secara langsung. Melainkan harus melalui IKPM dan HIPMASBAR, serta dibuktikan dengan rekomendasi. Tapi faktanya, ada ratusan lebih berkas beasiswa yang diterima secara langsung.
“Kami bingung dengan kinerja Dikpora KSB dalam mengurus beasiswa. Belum lagi masalah bobroknya sistem pada saat verifikasi keaslian berkas. Dimana banyak berkas yang dinyatakan bermasalah, seperti halnya KHS dari perguruan tinggi Universitas Mataram yang legal. Memang dikeluarkan bagian akademik, tapi pihak Dikpora menganggap bermasalah. Setelah mereka kroscek ke kampus, baru diakui keasliannya,” tutur Mahasiswa asal Brang Ene tersebut.
“Kan bobrok kalau gitu. Seharusnya mereka (Dikpora KSB, red) masuk kampus dulu, baru bisa menilai asli atau tidaknya berkas itu. Inikan kebalik dan hal yang lebih gila lagi, mahasiswa yang lengkap berkasnya dengan IP 3,85 dan IPK 3,68 melampaui standar yang di tentukan yaitu 3,23, justru tidak masuk namanya dalam daftar penerimaan penghargaan pemuda berprestasi,” cetus Yud, sapaan akrab ketua HIPMASBAR.
Rentetan berbagai persoalan yang mengganjil, terkait beasiswa penghargaan pemuda berprestasi tak hanya disitu. Yang lebih mengganjil lagi, sambung Yud, terkait jumlah anggaran untuk penghargaan pemuda berprestasi sebanyak 2 miliyar. Jika kita kalkulasi dari jumlah mahasiwa yang mengajukan, maka S1 sebanyak 565 orang, dengan hitungan Rp. 3.000.000 per orang dan D3 sebanyak 36 orang, dengan hitungan Rp. 2.000.000 per orang. Maka, total anggaran yang terpakai sejumlah Rp. 1.767.000.000.
“Jika kita kalkulasi keseluruhannya, maka total anggaran yang terpakai sejumlah 1.767.000.000. Jadi dari 2 Milliar, masih ada tersisa anggaran sebanyak Rp. 233.000.000”, ungkap Yud.
Yud pun meminta Pemerintah Daerah Sumbawa Barat, melalui Dikpora untuk terbuka dan serius mengurus persoalan beasiswa penghargaan pemuda berprestasi. “Jika tetap seperti ini dan tidak segera diperbaiki mekanismenya, maka kami mengecam keras pihak Dikpora yang terkesan tidak serius dalam pemberian beasiswa,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Dikpora KSB, Drs. Mukhlis, M.Si yang dikonfirmasi media ini, belum memberikan keterangan apapun. (Enk. Radio Arki)