“ditengah hiruk pikuk dunia modern, hampir dipastikan sedikit sekali generasi muda atau pelajar sekarang yang mengenal dan memahami tentang adat istiadat yang berkaitan nilai budaya dan norma norma kehidupan. Maka untuk memperkuat itu dibutuhkan pengenalan yang utuh atau pedoman yang bisa dijajadikan sebagai pegangan ”
Sumbawa Barat. Radio Arki – Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS) Ano Rawi (Kabupaten Sumbawa Barat) yang telah dilantik beberapa bulan lalu, kini mulai menunjukkan gebrakan nyata dengan mulai menjalankan program kerja utamanya, yaitu memperkuat budaya Samawa kepada masyarakat Sumbawa dan Sumbawa Barat secara luas. Penguatan itu dilakukan LATS Ano Rawi dengan penerbitan buku pasatotang adat Samawa yang berisikan tentang norma kehidupan masyarakat adat Samawa.
Sekretaris LATS Ano Rawi, Roy Marhandra, mengatakan norma adat Samawa sangat memperhatikan tentang norma kehidupan. Intisari atas budaya Samawa adalah nilai nilai keislaman yang selalu bersumber dari Al-Quran dan Hadist. Untuk itu nilai budaya ini harus terus diperkuat pada setiap kalangan masyarakat Samawa, tak terkecuali di Sumbawa Barat yang juga masih dalam rumpun adat Samawa.
“Kalau kita lihat kondisi sekarang generasi muda kita, tentu sangat miris karena sangatlah jauh dari nilai nilai adat kita,” Ujarnya, saat ditemui www.arkifm.com, Selasa pagi (25/4) tadi.
Menurut Roy, tergerusnya nilai-nilai adat dan budaya memang telah menjadi fenomena masa kini, penyebab utamanyaa dalah arus globalisasi yang semakin kencang dan tidak terbendung. Hal ini tentu patut menjadi perhatian semua pihak, karena jangan sampai pemuda sekarang semakin asing dengan budayanya sendiri. Maka atas dasar itulah LATS Ano Rawi (LATS KSB) coba menerbitkan buku untuk mengimbangi perkembangan zaman.
Dijelaskan, buku Pasatotang adat berfungsi untuk memberikan pengajaran kepada generasi muda terutama pelajar. Dalam buku ini berisikan tentang berkhidupan sosial yang baik dan benar, seperti tentang bagaimana cara bersikap dengan orang tua, bersikap dengan teman sebaya bahkan dengan orang yang lebih kecil.
“untuk memaksimalkan internalisasi nilai nilai adat Sumbawa kepada generasi muda, LATS juga akan sosialisasi ke sekolah sekolah dan ke lembaga pendidikan. Bahkan targetnya nanti kita akan masukkan dalam Mata Pelajaran Muatan Lokal (MULOK). Apalagi tim penyusun bukunya juga termasuk orang orang dewan pendidikan, orang orang komite sekolah dan perangkat dinas pendidikan. Jadi, untuk masuk ke dalam sistem itu saya fikir sudah terbuka lebar,”terangnya.
Mata pelajaran Muatan lokal Sumbawa memang tidak asing bagi siswa atau pelajar pada tahun awal 2000-an. Sebut saja seperti aksara kaganga atau setera jontal yang saat itu menjadi pelajaran yang cukup digemari pelajar atau siswa. Selain itu, untuk memperkenalkan kepada pelajar sejak dini, maka setiap sekolah bisa memulai agar papan nama sekolah juga bisa dituliskan dengan satera Jontal.
“Kita tetap akan terus perjuangkan itu agar masuk dalam kurikulum belajar mengajar. Sekarang setelah Perda LATS ini di sahkan, Sembari mensosalisasikan buku pasatotang, kami juga fokus pada penguatan kelembagaan di tingkat kecamatan dan desa. Itu kita lakukan agar penguatan nilai juga menyentuh semua lini masyarakat.” Demikian Roy. (Khairuddin. Radio Arki)