ARKIFM NEWS

Bupati KSB Paparkan Konsep Gerakan Sosial Intelektual di Hadapan Mahasiswa BEM SI

Mataram. Radio Arki – Bupati Sumbawa Barat, Dr. Ir. H. W. Musyafirin.,MM menjadi pemateri dalam Rapat Kerja BEM Seluruh Indonesia, bertempat di Taman Budaya Mataram, Rabu (25/10). Dalam kesempatan tersebut Bupati memaparkan materi Peremajaan gerakan mahasiswa yang inklusif dan adaptif.

Bupati menegaskan, pergerakan mahasiswa masih sangat dibutuhkan saat ini terutama dalam mengawal program dan proses pembangunan dari segala lini yang saat ini sedang dilaksanakan pemerintah. Hanya saja, dalam sebuah pergerakan mahasiswa dituntut harus memiliki literasi, partisipasi, inklusi, kreasi dan inovasi. Gerakan baru menyesuaikan dengan kondisi terkini.

‘’Ini penting, agar gerakan yang dilakukan mencapai target yang diharapkan. Terarah dan tepat sasaran,’’ papar Bupati Sumbawa Barat, H.W.Musyafirin dihadapan ratusan peserta Seminar Nasional BEM se Indonesia.

Tak dipungkiri, mahasiswa merupakan agen perubahan, penyambung aspirasi, pengawal pembangunan, pencerah dan pelita masyarakat serta pengawal dan penjaga demokrasi. Hanya saja, pergerakan yang dilakukan selama ini mulai sedikit tergerus. Ini menimbulkan persoalan, seperti munculnya krisis kepercayaan publik, ideologi dan platform gerakan mahasiswa belum terarah, lemahnya konsolidasi dan kolaborasi gerakan mahasiswa, isu dan aksi yang bersifat insidental (monumental,red), eksklusif termasuk lemah terhadap literasi, partisipasi, inklusi, kreasi dan inovasi.

‘’Bagaimana peremajaan gerakan mahasiswa ini? Solusinya melalui Gerakan Sosial Intelektual (GSI),’’ paparnya.

GSI adalah gerakan independent mahasiswa untuk melakukan perubahan sosial didasarkan pada nilai-nilai keadilan, partisipatif dan kolaboratif, inklusif dan adaptif, inovatif dan kreatif berbasis pada keilmuan atau intelektual. Didukung dengan penguasaan data dan informasi yang valid, serta sikap yang responsif atas isu dan permasalahan bangsa dan negara untuk Indonesia adil dan makmur.

‘’Membangun komitmen dan visi misi bersama, kuatkan organisasi mahasiswa dan manfaatkan setiap peluang perubahan yang ada,’’ ingatnya.

Termasuk meningkatkan responsifitas, partisipasi dan kolaborasi, mengembangkan budaya literasi dan pemanfaatan IT dan yang paling penting menjaga konsistensi, independensi dan integritas.

‘’Untuk menciptakan gerakan yang inklusif, adaptif dan solutif, langkah awal dan strategis yang kita butuhkan adalah membuka jalan baru, jalan pikiran mahasiswa,’’ pesannya.

Bupati juga menyinggung tentang langkah dan upaya mempertahankan dan meningkatkan gerakan mahasiswa. Mewujudkan gerakan yang pro terhadap masyarakat, independen, konsisten, partisipatif, inklusif dan adaptif penting bagi mahasiswa turun langsung ke lapangan.  Menguatkan ideologi dan platform gerakan dengan cara membangun basis pergerakan intelektual melalui diskusi, kajian dan riset termasuk merubah strategi pilihan aksi dari demonstrasi ke berbagai pilihan lainnya seperti dialog langsung dan beberapa kegiatan lain.

‘’Mahasiswa juga perlu memperkuat partisipasi dan kolaborasi dengan semua pihak dengan memanfaatkan peluang pemerintahan yang terbuka dan transparan (Good Government),’’ pesannya.

Penguatan platform dan arah gerakan juga menjadi sangat penting. Aksi solidaritas mahasiswa harus berbarengan dengan pemahaman atas situasi dan kondisi riil yang terjadi di lapangan.

‘’Mengembangkan kreasi, literasi dan inovasi bisa memanfaatkan Teknologi Informasi (TI). Sebagai data, informasi pendukung informasi yang akurat dan aktual,’’ ingatnya.

Sementara untuk menjembatani aspirasi masyarakat, langkah dan upaya yang harus dilakukan di antaranya mahasiswa dituntut harus mampu menyuarakan, memperjuangkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dengan cara turun langsung ke lapangan. Ini penting agar mahasiswa mampu memahami dan memetakan keadaan, situasi dan perkembangan sosial serta berbagi kebutuhan maupun permasalahan yang ada di bawah.

‘’Turun ke bawah, hadir secara langsung di tengah masyarakat itu menjadi sebuah keharusan,’’ urainya.

Mahasiswa juga dituntut harus mampu melakukan analisis atas setiap permasalahan yang dihadapi atau berkembang di tengah masyarakat dengan memperkuat basis data dan informasi yang memadai, serta mencari solusi inovatif atas setiap permasalahan yang dihadapi masyarakat.

‘’Melibatkan masyarakat dalam proses perumusan isu strategis, pelaksanaan maupun evaluasi sebagai refleksi atas aksi yang dilakukan juga menjadi penting,’’ ingatnya lagi.

Evaluasi bertujuan agar masyarakat memahami secara utuh tujuan, sasaran, manfaat dan langkah serta capaian keberhasilan maupun hambatan dalam menyalurkan aspirasi masyarakat. Tak kalah penting, mahasiswa harus mampu memberikan solusi dan alternatif dalam rangka membantu pemerintah daerah maupun pusat untuk merumuskan kebijakan, program atau kegiatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat.

‘’Cari cara paling efisien dan efektif untuk menyelesaikan persoalan yang ada,’’ tambahnya. (*/Radio Arki)

Related posts

Perkuat Pelayanan, 5 Puskesmas Ditargetkan Terakreditasi Tahun 2017

Pemerintah Desa dan BPD Tepas Mengucapkan Dirgahayu Republik Indonesia ke-79

ArkiFM Friendly Radio

Realisasi Pajak Kendaraan di KSB Diatas 100 Persen

ArkiFM Friendly Radio