“kondisi tubuh terparah yang mengalami kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama (menahun) dapat menjadi Giizi Buruk. Hal ini umumnya terjadi pada anak-anak, penyebab adalah karena kurangnya asupan makanan bergizi seimbang, dan bisa juga disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan terganggunya proses pencernaan makanan ataupun terganggunya penyerapan zat gizi.”
Sumbawa Barat. Radio Arki- Pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka kemiskinan di Sumbawa Barat. Tak sedikit program yang telah dikeluarkan pemerintah, khususnya dibidang pemberdayaan. Hanya saja, pemerintah daerah setempat sepertinya harus sedikit memberikan perhatian lebih serius kepada kesehatan anak, karena faktanya Sumbawa Barat ternyata belum bebas dari penyakit gizi buruk. Bahkan, cenderung meningkat.
Kepala Dikes Sumbawa Barat, melalui kepala seksi (Kasi) Gizi, Ermawati, SKM, kepada insan media mengungkapkan, dinas kesehatan mencatat bahwa angka kasus gizi buruk (Gibu) mengalami peningkatan pada tahun 2017 ini. Hal ini yang terus diupayakan dinas terkait untuk menekan angka kasus tersebut.
“tidak ada yang meninggal dunia. Semuanya ada tiga kasus untuk tahun ini (2017).” Terangnya.
Sampai saat ini, pihaknya terus berupaya untuk memberikan perhatian serius terhadap penderita penyakit tersebut. Dan sampai saat ini masih dalam pleerawatan instensif di RSUD As-Syifa guna mendapatkan penanganan yang lebih serius.
Jumlah tahun ini memang mengalami peningkatan. Dimana pada tahun sebelumnya hanya ada satu sampai dua kasus saja dalam setahun. Sedangkan tahun ini, secara mengejutkan sudah terdapat tiga kasus gizi buruk di Sumbawa Barat. Untuk itu, pihaknya akan terus berupaya maksimal dalam penanganan dan juga termasuk dalam mengantisipasi kasus tersebut.
Tiga Balita yang saat ini tengah mendapat penanganan intensif di RSUD As-Syifa berumur 3-10 bulan, dan memiliki total berat badan (BB) 3,2 Kg sampai dengan 4,2 Kg.
“Meskipun banyak kasusnya. Alhamdulillah belum ada yang meninggal dunia. Kita juga tetap melakukan pendampingan terhadap para balita tadi, dengan harapan kondisinya semakin memmbaik, dan angka kecukupun gizinya bisa lebih baik.” Ujarnya,.
Dijelaskan, Gizi Buruk memang merupakan kasus yang dikarenakan oleh kekuarang Gizi. Tetapi kalau diperjelas secara detail tentang penyebab kasus penyakit seperti ini, maka dapat bisa dilihat dari beberapa sisi. Diantaranya adalah karena penyakit ISPA turunan dari orang tuanya, gagal tumbuh, down syndrome, dan penyakit diare.
Sejumlah faktor penyebab dari penyakit Gizi Buruk itu, khususnya penyakit diare tentu tidak terlepas dari prilaku masyarakat yang tidak menjaga kebersihan lingkungan. Bahkan, tak sedikit orang tua yang menyepelehkan masalah kebersihan keluarga. Sebut saja, salah satunya adalah adanya Dot yang tidak steril dan terlihat kotor atau hitam, tetapi masih saja digunakan oleh Balita. Padahal itu, sangat jelas beresiko.
“Selain masalah genetik, faktor kesehatan juga bisa menjadi penyebab kasus ini (gizi buruk) terjadi. Makanya kita sudah sering turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi terkait masalah kesehatan ini,”tukasnya.
“Kita harapkan semua pihak mengambil perannya untuk mengatensi masalah ini. Sehingga kasus-kasus ini bisa kita turunkan di tahun-tahun berikutnya. Karena terkait persoalan ini, hanya 30 persen saja yang diselesaikan melalui program gizi. Selebihnya adalah keluarga dan lingkungannya, ataupun program dari lintas sektoral.”Imbuhnya, menegaskan. (Unang Silatang.Radio Arki)