Sumbawa Barat. Radio Arki – Kelompok Tani Ai Sanger, Desa Mataiyang, Kecamatan Brang Ene, mengadakan pelatihan dan pendampingan panen serta pengemasan madu lestari, pada Kamis, 19 September 2024.
Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas biasa, melainkan langkah strategis yang diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk madu lokal, melalui sertifikasi halal dan optimalisasi pengemasan secara profesional.
Pelatihan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat yang diinisiasi oleh tim dosen Universitas Cordova (Undova), berkolaborasi dengan Kemdikbudristek Dikti.
Dipimpin oleh Sumarlin, S.E.I., M.P., kegiatan ini didukung oleh dua anggota tim lainnya, Dewi Seprianingsih, S.Pd., M.Pd., dan Rahmawati, S.T., M.M. Mereka memberikan bimbingan teknis tentang cara memanen madu lestari, serta teknik pengemasan yang sesuai standar pasar.
Desa Mataiyang, yang kaya akan potensi madu hutan, selama ini belum sepenuhnya memaksimalkan sumber daya alaminya. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Desa Mataiyang, Syahabuddin, A.Md., dalam sambutannya.
Ia menegaskan pentingnya memanfaatkan madu hutan sebagai komoditas unggulan desa. “Melalui kerja sama ini, kami berharap madu Ai Sanger bisa dikenal lebih luas dan mampu bersaing di pasar yang lebih besar,” ujarnya.
Sebagai Ketua Tim Pengabdian, Sumarlin menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi kelompok tani, terutama rendahnya pengenalan produk madu Ai Sanger di luar wilayah lokal.
Ia menawarkan solusi berupa penguatan kerjasama antar-petani, perbaikan manajemen perburuan madu lestari, serta memperluas jaringan pemasaran dan kolaborasi dengan berbagai lembaga.
“Kita perlu memperkuat sinergi, tidak hanya untuk menjaga kualitas madu, tetapi juga membuka akses pasar dan dukungan keuangan yang lebih baik,” ungkap Sumarlin di hadapan para petani yang hadir dengan antusias.
Salah satu target besar dalam program ini adalah mendapatkan sertifikasi halal bagi produk madu Ai Sanger. Dewi Seprianingsih menjelaskan bahwa dukungan dari Cordova Halal Centre akan membantu kelompok tani dalam memenuhi syarat-syarat sertifikasi tersebut.
“Label halal bukan hanya tentang kualitas, tetapi juga membuka peluang lebih besar di pasar lokal dan nasional,” jelasnya.
Langkah ini diharapkan menjadi dorongan signifikan bagi Kelompok Tani Ai Sanger dalam meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperluas jaringan pemasaran, tidak hanya di Sumbawa Barat, tetapi juga ke tingkat nasional.
Komitmen untuk mendukung pemasaran produk madu Ai Sanger juga ditunjukkan oleh Rahmawati dan tim mahasiswa Universitas Cordova.
Mereka akan mendampingi kelompok tani dalam merancang strategi pemasaran yang efektif dan berkelanjutan, agar produk ini dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani.
Pada sesi akhir pelatihan, para petani melakukan praktik langsung panen madu tiris yang dilanjutkan dengan proses pengemasan. Madu yang dipanen kemudian dilabeli dengan merek “Madu Ai Sanger,” sebagai simbol kualitas produk yang siap bersaing di pasaran.
Harapannya, dengan kemasan yang lebih profesional dan label halal di masa depan, madu ini akan semakin diminati konsumen.
Bagi Kelompok Tani Ai Sanger, pelatihan ini bukan hanya sekadar rutinitas teknis. Ini adalah langkah strategis untuk membawa produk mereka ke tingkat yang lebih tinggi, baik dari segi kualitas, pemasaran, maupun keberlanjutan lingkungan.
Dengan kerja sama antara petani, pemerintah desa, dan dunia akademisi, harapan besar tersemat bahwa Madu Ai Sanger akan menjadi produk unggulan yang dikenal luas di Indonesia. (Admin.02RadioArki)