“Keluhan tentang sampah di kota Taliwang memang menjadi persoalan klasik yang belum terselesaikan. Kondisi itu terlihat jelas, bagaimana bantaran sungai sepanjang kota Taliwang selalu saja dipenuhi sampah warga. Untuk itu butuh keterlibatan semua pihak, terutama warga langsung dalam mencari solusi persoalan tersebut”
Sumbawa Barat. Radio Arki – Keresahan warga Kelurahan Dalam, Kecamatan Taliwang terhadap tingginya jumlah sampah di Kota Taliwang menjadikan sejumlah warga setempat lebih kreatif dan memunculkan ide luar biasa, dengan memanfaatkan limbah sampah menjadi barang yang bernilai dan memiliki daya guna. Salah satu yang paling menyedot perhatian adalah, ketika warga setempat mampu mengolah sampah tersebut menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pembina Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Komunitas Peduli kelurahan Dalam (Kompi Handal) juga Seklur Dalam, Syaiful Muslimin kepada www.arkifm.com, usai menerima penghargaan sebagai juara dalam lomba cipta Teknologi Tepat Guna (TTG), mengaku tidak mudah untuk menjadikan program atau kebiasaan itu sebagai kebiasaan di kelurahan Dalam. Karena untuk bisa memberikan pemahaman tentang kebersihan, maka perlu untuk menunjukkan manfaat nyata yang dapat dilihat langsung warga.
Dalam melaksanakan program tersebut, kata Syaiful, perlu pelibatan banyak pihak. Maka muncullah kelompok swadaya masyarakat setempat yang memang mempunyai kepedulian yang sama tentang sampah. Apalagi dalam data yang terhimpun tahun 2015, produksi sampah di Sumbawa Barat bisa mencapai 35 ton perhari, dimana diantaranya yaitu 14 persen adalah sampah plastik.
“Atas dasar itulah kami dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Komunitas Peduli kelurahan Dalam (Kompi Handal) konsen mengolah sampah menjadi barang yang memiliki daya guna, termasuk sampah plastik yang diubah menjadi bahan bakar,” ujarnya, usai mendapat penghargaan dari pemerintah daerah KSB, di Kantor Bupati, belum lama
Dijelaskan, Untuk proses pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar, komunitas Kompi Handal melakukan proses penyulingan menggunakan alat Destilator. Penggunaan Destilator dilakukan dengan komposisi dari 1 Kilogram sampah pelastik menghasilkan 0,8 Liter bersih. Dari 0,8 liter inilah kemudian terbagi dalam 3 jenis bahan bakar tersebut.
“Hasil dari pemurniannya, kita sudah pernah coba untuk di kendaraan dua tak dan hasilnya normal. Sedangkan untuk empat tak belum kita rekomendasikan, karena belum ada hasil lab untuk mengukur oktannya,” terang Saiful.
Saat ini untuk alat destilatornya masih dalam bentuk alat simulasi, lajutnya, belum masuk ke skala industri. Untuk skala industri butuh biaya yang cukup besar. Kedepan, untuk industri pihaknya berharap bisa dibackup oleh pemerintah. Karena dari eksperiman yang telah dilakukan, untuk alat prototype yang ke lima sudah menunjukkan keberhasilan dari kondensornya.
“Harapan kami kepada pemerintah adalah dukungan untuk membantu memfasilitasi alat alat yang sekiranya mendukung proses swadaya masyarakat. Karena kami punya mimpi besar agar Sumbawa barat ini bebas sampah.” Demikian, tutupnya. (Enk. Radio Arki)