“Gelombang tinggi di hampir semua perairan di Indonesia harus diwaspadai oleh sejumlah nelayan, masyarakat pesisir dan pengguna transportasi laut agar keselamatan lebih terjamin”
Jakarta. Radio Arki – Kepala Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) Pusat, Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk waspada terhadap ancaman gelombang tinggi di sejumlah perairan wilayah Indonesia.
Dekian disampaikan Humas Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) dalam siaran press release, Kemarin (30/7).
Seperti diketahui, sebelumnya dampak gelombang tinggi melanda perairan Indonesia dan menelan korban pada Minggu (29/7), dengan terjadinya kecelakaan tenggelamnya Kapal Kayu Berkat Ilahi di Perairan Sape sekitar pukul 08.00 WITA.
Berdasarkan hasil analisis pola angin antara pukul 08.00 – 11.00 WITA dari arah Tenggara dengan kecepatan angin berkisar antara 18 – 27 km/jam (kategori resiko sedang), selain itu jika dilihat dari hasil analisis pemodelan gelombang, tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut berkiasr antara 3.0 – 4.0 meter (Kategori tinggi – sangat Tinggi).
“Untuk itu, kami meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap gelombang tinggi, menunda penangkapan ikan secara tradisional hingga gelombang tinggi mereda dan kapal-kapal terutama perahu nelayan dan kapal-kapal kecil agar tidak memaksakan diri melaut,” ungkap Dwikorita.
Selain itu, Dwikorita juga mengingatkan agar tidak mudah terpengaruhi informasi simpang siur atau Hoax yang tersebar di jejaring social.
“Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur dan hoax, BMKG melalui web, aplikasi, dan Twitter @infoBMKG akan terus menginformasikan perkembangan gelombang tinggi,” tuturnya.
Lebih lanjut, Dwikorita menerangkan hasil analisis BMKG bahwa Adanya fenomena Mascarene High yang cukup persisten di Samudra Hindia bagian Selatan (Barat Daya Australia) yang diduga mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di wilayah Samudra Hindia khususnya selatan Jawa hingga selatan NTT.
Tinggi gelombang di wilayah tersebut didominasi oleh gelombang panjang (swell) yang dipropagasi oleh fenomena tersebut, sedangkan meningkat nya ketinggian gelombang di Laut Banda dan Laut Arafuru di akibatkan adanya peningkatan kecepatan angin timuran hingga 36 km/jam.
“Untuk tinggi gelombang 4 – 6 meter (sangat berbahaya) yang berpeluang terjadi di perairan Utara Sabang, perairan Barat Aceh, perairan Barat Simuelue hingga Mentawai, perairan Selatan Jawa Timur hingga Sumba dan perairan Selatan P. Sumba. Sementara tinggi gelombang 2.5 – 4 meter (berbahaya) berpeluang terjadi di perairan Bengkulu, perairan Enggano, perairan Barat Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, perairan Selatan Banten hingga Jawa Tengah, Laut Sawu dan perairan P. Sawu – P. Rote,” tambah Dwikorita.
Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran adalah untuk perahu nelayan waspadai angin dengan kecepatan di atas 15 knot dan ketinggian gelombang di atas 1.25 m, untuk Kapal tongkang waspadai angin dengan kecepatan lebih dari 16 knot dan ketinggian gelombang lebih dari 1.5 m, Kapal Ferry waspadai kecepatan angin lebih dari 21 knot dan ketinggian gelombang lebih dari 2.5 m sedangkan kapal ukuran besar seperti kapal kargo atau kapal pesiar waspadai kecepatan angin lebih dari 27 knot serta ketinggian gelombang lebih dari 4.0 m . Nelayan di daerah barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, NTB, NTT, serta daerah lainnya, khususnya yang tercantum dalam daftar Peringatan Dini di atas harap mempertimbangkan kondisi tersebut sebelum melaut. (Enk. Radio Arki)