ARTIKEL

Identintas Kepemimpinan Nggusu Waru Mbojo Abad 21

Nggusu waru terlahir sejak lama di Mbojo bahkan sebelum islam masuk di tanah Mbojo. Implementasi yang sempurna dari nilai-nilai nggusu waru hadir dari 4 serangkai proklamator berdirinya kesultanan Bima dengan 4 mubaligh penyiar agama Islam (Malingi, 2014). Nggasu waru dipraktikkan dan dijalani oleh masyarakat Mbojo sampai masa kesultanan. Kehidupan berkembang mengalir mengikuti dialektika kelangsungan dan perubahan. Bentuk identitas yang eksis saat ini sebenarnya di satu sisi adalah kelanjutan saja dan di sisi lain merupakan modifikasi dan perubahan pada bagian-bagian tertentu dari sebelumnya. Tidak ada identitas yang berkembang dari titik nol atau terputus sama sekali dari identitas sebelumnya. Mencari dan membangun aspek-aspek identitas bernilai yang relevan baik untuk dilanjutkan maupun untuk dimodifikasi pada masa kini merupakan tindakan yang bijaksana. Dilanjutkan atau dimodifikasi itu adalah pilihan. Pilihan itu baiknya mempertimbangkan makna dan nilai dari identitas itu. Dari perspektif di atas, maka beberapa aspek dari ide atau gagasan kepemimpinan nggusu waru tentu mengandung makna dan nilai dalam konteks kekinian dan kedisinian di samping unsur-usurnya tidak perlu diubah atau dimodifikasi. Identitas kepemimpinan nggusu waru dou Mbojo yaitu 1) douma dei ro paja ilmu artinya orang yang dalam dan luas ilmunya, 2) douma dahu ndi ndai ruma artinya orang yang bertakwa kepada Allah SWT, 3) douma taho ruku ro rawi artinya orang yang baik perilaku dan budi pakertinya, 4) douma taho ntanda mba dou londo ro maina artinya keturunan yang baik dan disegani/karismatik, 5) douma dodo tambari kontu tengi angi labo dou ma to’i artinya orang yang selalu memperhatikan kepentingan rakyat dimanapun dia berada, 6) douma mbeca wombona (orang yang kaya), 7) douma sabua nggahi labo rawi (satu kata dan perbuatan), 8) douma disa kaima poda, dahu kaima dapoda (berani karena benar) (Malingi, 2014).

Kajian pakar Mbojo yang diwakili oleh Bima Researd Center (2018) menyatakan bahwa nggusu waru unsur budaya yang teruji potensinya. Pada abad 21 di era postmoderen ini, baik buruknya praktek kepemimpinan nggusu waru masyarakat Mbojo (Bima dan Dompu) tergantung tingkat kepekaan individu atau kelompok masyarakat terhadap identitas yang dimiliki. Keberadaan identitas menjadi sangat penting untuk masyarakat sebagai wujudnya di kehidupan. wujud Identitas yang dimiliki suatu individu atau kelompok merupakan suatu gagasan atau ide yang muncul tentang siapa dirinya dan bagaimana mendefinisikan diri sendiri. Identitas dimaknai sebagai suatu pengelolaan antara sesuatu yang solid dalam diri seseorang dengan idealisasi kelompok.

Berhadapan dengan jaman sekarang ini kepemimpinan dalam pemerintahan benalu bagi masyarakatnya. Kepemimpinan menonjolkan banyak masalah yaitu korupsi, janji bohong, tidak mau dikritik, kurang moralitas dan lambatnya pembangunan. Bukan saja persoalan pemimpin dalam pemerintahan, tapi masyarakat juga sebagai pemimpin yang berhak menentukan kedaulatan negaranya enggan melakukan tindakan nyata. Disini perlu diapahami bahwa setiap orang adalah pemimpin untuk diri sendiri, pemimpin untuk orang lain dan pemimpin untuk negara. Pada abad 21 sekarang ini identintas kepemimpinan nggusu waru tidak akan berubah dari waktu ke waktu semasih ada subjek dari identitas tersebut. Subjek dari identitas nggusu waru yaitu masyarakat Mbojo (Bima dan Dompu). Identitas mengandung makna kesamaan atau kesatuan dengan yang lain dalam suatu wilayah atau hal-hal tertentu (Rummens, 1993:157-159).

Identintas nggusu waru diimplementasikan dan dikontinuitaskan oleh masyarakat Mbojo (Bima dan Dompu). Para leluhur atau orang yang lebih umur masyarakat Mbojo memaknai nggusu waru sebagai pijakan dasar hidup dunia dan akhirat. Leluhur atau orang yang lebih berumur bukan batasan untuk memahami, mengimplementasikan, kontinuitaskan identitas kepemimpinan nggusu waru. Akan tetapi generasi berumur muda pada abad 21 sekarang ini dan juga kedepanya adalah berhak melekatkan nggusu waru sebagai identitas dalam kehidupan sehari-hari. Lebih-lebih oleh kepemimpinan pemerintahan dan tokoh masyarakat. Hidupnya identitas tersebut akan menyadarkan masyarakat lainya juga. Untuk hidup lebih bermakna dan bernilai dalam kehidupan bernegara. Timbulnya kesadaran masyarakat Mbojo tentang identitasnya menjadikan nggusu waru Mbojo pada abad 21 dan kedepanya tetap harmonis.

Oleh : Ncuhi Adi Lembo Ade
Mahasiswa S2 jurusan Bahasa Indonesia Universitas Mataram.

Related posts

GURU DAN SEJUTA TANTANGAN

ArkiFM Friendly Radio

KAHMI Sumbawa Barat Dukung Alumni HMI dalam Pilkada 2024

ArkiFM Friendly Radio

ALARM MENUJU PEMILU 2024

ArkiFM Friendly Radio

Leave a Comment