Lombok Timur. Radio Arki – Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) sejatinya merupakan organisasi yang menghimpun pemuda Indonesia dan dituntut untuk mengembangkan sikap-sikap kepemudaan yang kritis dan progresif. Tak hanya itu, KNPI sebagai wadah pemuda yang keberadaanya berangkat dari semangat kebersamaan dan persatuan untuk melakukan sesuatu hal yang bermanfaat.
Di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) misalnya, Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) menginginkan adanya forum komunikasi antar pemuda yang tergabung dalam OKP. Tujuannya dimaksudkan untuk mempererat komunikasi dan konsolidasi gerakan kepemudaan. Disamping itu, agar suara-suara pemuda yang tergabung dalam OKP dapat disalurkan aspirasinya secara bersama sama. Pemahaman ini penting dijalankan oleh KNPI selaku organisasi yang mewadahi OKP, mengingat keberadaan KNPI telah mengalami pergeseran orientasi.
“Jika fungsi KNPI pada dasarnya adalah sebagai wadah penyalur aspirasi pemuda dalam rangka terberdayakannya potensi pemuda dalam segala aspek kehidupan bangsa. Maka lain halnya saat ini, dimana orientasi KNPI lebih kuat gerakannya ke arah politik,” ungkap Hendrawan Saputra, calon Ketua KNPI Lotim.
Mantan Ketua Umum HMI Cabang Lotim tersebut juga mengemukakan bahwa, KNPI saat ini mestinya harus mampu menjawab tantangan kekinian dengan menampilkan model generasi muda yang dibutuhkan masa depan, meneguhkan nuansa idealisme, serta kaya dengan gagasan perubahan.
Jelang Musda KNPI Lotim, Hendrawan mengingatkan, OKP yang akan memberikan mandat untuk tampuk kepemimpinan DPD KNPI Lotim harus berhati hati dalam menentukan figur pemimpin di organisasi sebesar KNPI. Hati hati yang dimaksud tentu haruslah selektif, dan punya visi yang terarah dalam menahkodai organisasi.
“Jangan sampai KNPI kedepannya hanya menjadi sarang kepentingan yang sarat akan nuansa politik. Masih banyak ladang garapan KNPI yang dapat digerakkan dengan orientasi
kegiatan kepemudaan yang lebih progresif dan berkesinambungan daripada hal hal yang politis,” jelas Hendrawan.
Dalam Musda KNPI, selalu saja menampilkan aroma yang mengedepankan prestice dibanding agregasi gagasan. Kalaupun ada yang menawarkan visi, tapi tak terukur, bahkan bisa dikatakan tidak layak sebagai “dagangan politik”. Praktek money politik pun hampir tak bisa dihindarkan.
“Saya tegaskan, stop praktek money politik dan kedepankan nilai edukasi dalam setiap kompetisi. Mari berbenah, dengan menampilkan KNPI yang obyektif dalam menyikapi berbagai problem sosial yang terjadi dan menyikapinya secara kritis, korektif dan konstruktif. Dengan demikian, kita telah kembali pada khittah organisasi,” Demikian tutup Hendrawan. (Enk. Radio Arki)