Foto : Saat menerima surat tugas untuk maju Pilkada dari DPD PD dari ketua DPD PD Tuan Guru H. Mahaly Fikri.
Sumbawa Barat. Radio Arki – Pasca beredarnya foto Bakal Pasangan Calon (Bapaslon) Pilkada KSB Ustadz Drs. M Nur Yasin dan KH. Syamsul Ismain, Lc di media, langsung ditanggapi oleh Ketua DPC Partai Demokrat KSB, Mustakim Patawari, S.TP.,M.Si.
Mustakim yang jauh sebelumnya digadang-gadang bakal melaju di Pilkada bersama Ustadz Drs. M Nur Yasin mengusung tagline Nurmas Jilid 2 tersebut, meminta ulama yang maju di Pilkada KSB belajar etika politik dan beri contoh tentang Istiqomah.
“Sebelum terjun ke politik praktis dan menjadi pemimpin dalam konteks politik, ulama harus belajar dulu tentang Etika Politik dan beri contoh tentang Istiqomah,” ujar mantan anggota DPRD KSB tiga periode tersebut.
Mustakim tak menampik munculnya wacana Bapaslon Nun-Syamsul merupakan bagian dari dinamika. Menjawab spekulasi tersebut, kata Mustakim, cukup dengan surat tugas dari DPD Demokrat NTB. Yang sebelumnya telah diketahui oleh Ustadz Nun langsung dari ketua DPD Demokrat saat pertemuan dengan tiga partai di Hotel Santika Mataram.
“Jadi, ya baguslah, permainan baru dimulai,” ucap Mustakim dengan nada serius campur kelakar.
Mustakim menuturkan, sebelum beredar foto Bapaslon Nun Syamsul, dirinya dihubungi oleh KH. Syamsul Ismail. Dalam komunikasi yang kurang lebih berlangsung 10 menit tersebut, KH Syamsul Ismain menanyakan perkembangan politik KSB.
“Saya jelaskan sesuai dinamika dan ikhtiar kami paket NURMAS jilid 2,” tuturnya.
Mendengar pernyataan tersebut, sambung Mustakim, Kyai Syamsul menyatakan sikap dengan menganalogikan mobil untuk memilih atret (gigi mundur) dalam politik. Ketua MUI KSB tersebut bahkan menegaskan akan kembali fokus mengurus dakwah dan pondok pesantren.
“Saya sampaikan, lho jangan atret kyai. Bila perlu tancap gass pakai gigi 1 dan mari kita sama sama bangun KSB ini,” ucap Mustakim mengajak perkuat barisan Nurmas Jilid 2.
Meski diajak berjuang bersama, lanjut Mustakim, Kyai Syamsul tetap keukeh konsisten untuk mundur dari perpolitikan KSB. Bahkan untuk mengesankan tidak ada ambisi politik, dirinya mengaku dijadikan wakil ketua DPW PBB tidak tahu menahu.
“Padahal jejak digital dan memori publik masih jelas tersimpan. Bagaimana ketua ulama itu bermesraan dan bahkan memuji partai tertentu, sampai sampai ia hanya daftar ke partai itu. Inilah yang saya maksud, penting ulama belajar etika politik,” tandasnya. (Enk. Radio Arki)