Sumbawa Barat. Radio Arki – Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan dan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), terus melakukan berbagai upaya dalam menggenjot penurunan stunting.
Berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Sementara di NTB 32,7 persen dan di KSB 13,9 persen. Target di 2024 nanti turun hingga 4 persen.
Demikian disampaikan Kepala DP2KBP3A KSB, H. Tuwuh, S.AP, dalam rakor tim percepatan penurunan stunting (TPPS) tingkat Kabupaten Sumbawa Barat , di Hanipati Resto, Kamis (11/05).
H. Tuwuh menyebutkan, upaya upaya yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu 5 bulan terakhir yakni, menggelar pelatihan tim pendamping keluarga, rapat analisis elektronik pencatatan gizi berbasis maayarakat.
Selain itu juga dilaksanakan sosialisasi percepatan penurunan stunting melalui Peraturan Bupati (Perbup) Kebas Stunting di 10 desa lokus dan rapat koordinasi mini penurunan angka stunting.
“Kita juga telah melakukan penandatanganan MoU BKKBN Propinsi NTB dengan Universitas Cordova dan Pemda KSB. Belum lagi pemulihan balita stunting dan parenting class bagi ibu ibu hamil di Lingkar Tambang, serta peningkatan kapasitas tim pendamping keluarga di 8 kecamatan yang di fasilitasi oleh PT. AMNT,” bebernya.
Atas beberapa intervensi yang terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam beberapa tahun terakhir, telah memperlihatkan hasil yang sangat baik. Berdasarkan hasil laporan aplikasi e-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), angka stunting di KSB menurun dari 18,70 Turun hingga angka 7,83 tahun 2023.
“Insyaallah tidak ada yang tidak mungkin, di tahun 2024 kita bisa memenuhi target 4 persen. Tentunya dengan kerjasama semua pihak,” tandasnya.
Untuk diketahui, tugas dalam penanganan stunting dilaksanakan berdasarkan Perpres nomor 72 tahun 2021, yang menekan lima pilar utama dalam penanganan stunting. Pertama, komitmen dan visi kepemimpinan, kedua kampanye nasional dan perubahan perilaku, ketiga konvergensi program pusat, daerah dan desa. Keempat yaitu ketahanan pangan dan gizi, dan terakhir atau kelima yaitu pemantauan dan evaluasi. (Enk. Radio Arki)