ARKIFM NEWS

Wabup Fud Sebut Penanganan Stunting Butuh Kerja Keras dan Kesinambungan

Sumbawa Barat. Radio Arki – Wakil Bupati Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin, ST., M.M.Inov., menyampaikan pesan penting dalam Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Sumbawa Barat yang digelar di Ai Bua, Desa Tapir, Kecamatan Seteluk, Rabu, 18 September 2024.

Wabup Fud menekankan pentingnya kerja keras dan kesinambungan dalam menangani masalah stunting yang masih menjadi tantangan serius bagi daerah.

Ia mengingatkan bahwa meskipun penanganan stunting sering kali dianggap sepele, sejatinya pekerjaan ini sangatlah kompleks dan membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak.

Ia menegaskan bahwa stunting adalah salah satu tugas besar yang harus diselesaikan, mengingat dampaknya yang langsung pada kualitas generasi penerus di masa depan.

“Penanganan stunting terlihat seperti pekerjaan yang sederhana, tapi sebenarnya ini adalah pekerjaan yang sangat besar. Ini merupakan PR besar dari presiden yang harus kita tuntaskan bersama. Hasil dari pekerjaan kita hari ini tidak akan langsung terlihat, tetapi masyarakat terutama generasi penerus kita akan merasakannya di masa depan,” kata Wabup Fud.

Ia juga menggarisbawahi bahwa stunting ibarat kemiskinan—ketika satu masalah terselesaikan, masalah baru bisa saja muncul. Oleh karena itu, camat, kepala desa, dan lurah harus memahami peran dan fungsi mereka dalam menurunkan angka stunting.

Menurut Wabup, penting untuk memperhatikan ibu hamil, terutama mereka yang menderita anemia atau kekurangan energi kronis (KEK), yang merupakan faktor risiko utama dalam melahirkan anak dengan stunting.

“Per bulan Juni 2024, terdapat 1.154 ibu hamil di KSB, dengan 108 di antaranya atau sekitar 10 persen mengalami anemia, dan 121 lainnya atau juga sekitar 10 persen mengalami kekurangan energi kronis. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh pernikahan usia dini, yang harus kita tangani dengan program nyata, salah satunya pembagian tablet penambah darah bagi anak-anak SMA/SMK di KSB,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan bahwa angka stunting di Kabupaten Sumbawa Barat pada Agustus 2023 turun menjadi 18,32 persen. Namun, terdapat sekitar 41 balita atau 4,69 persen yang melebihi batas usia balita, sehingga tidak lagi tercatat sebagai bayi stunting ketika mereka melewati usia lima tahun. Meski begitu, di tahun 2023, terdapat tambahan 180 kasus stunting baru.

Wabup menargetkan bahwa pada Februari 2024, angka stunting di KSB dapat turun menjadi 13,06 persen, dengan penurunan sekitar 110 balita. Ia mengajak semua pihak untuk bekerja lebih keras, mengetahui akar persoalan yang ada, serta fokus pada pencegahan pernikahan dini dan penyebaran informasi mengenai pergaulan yang sehat di kalangan remaja.

“Kita perlu menghentikan laju pernikahan dini, mencegah terjadinya seks bebas, dan memberikan edukasi kepada remaja tentang pergaulan yang sehat. Dinas Pendidikan, camat, kepala desa, lurah, dan puskesmas harus turun langsung ke lapangan untuk memberikan penyuluhan. Saat ini angka stunting kita berada pada 10,5 persen, angka yang terendah di NTB. Namun, meskipun begitu, kita tidak boleh lengah,” tegasnya.

Dengan penurunan yang signifikan dan target ambisius ke depan, Wakil Bupati Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin, mengajak seluruh stakeholder untuk terus bersinergi, memastikan bahwa pekerjaan besar ini dapat diselesaikan demi masa depan Sumbawa Barat yang lebih sehat dan bebas stunting.

Sebelumnya, Kepala DP2KBP3A, Agus Purnawan, S.Pi., MM., menyampaikan bahwa target nasional untuk prevalensi stunting dipatok pada angka 14 persen.

Namun, dari hasil rapat tingkat pusat, target tersebut dinilai cukup berat untuk dicapai. Oleh karena itu, salah satu langkah strategis yang akan dilakukan dalam waktu dekat adalah memperkuat kinerja Tim Percepatan Penurunan Stunting, terutama di tingkat desa dan kelurahan. (Admin.02RadioArki)

Related posts

Pemdes Seminar Salit Tetapkan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2024

ArkiFM Friendly Radio

Bocah Hilang 3 Hari di Pantai Kertasari Ditemukan

ArkiFM Friendly Radio

Akses Buruk, Warga Desa Tua Nanga Pikul Hasil Panen Sejauh 3 KM

ArkiFM Friendly Radio