Sumbawa Barat. Radio Arki – Rencana pembangunan gedung baru dan jembatan RSUD Asy Syifa yang sesuai masterplan pembangunan RSUD Asy Syifa Sumbawa Barat terhambat. Keterhambatan pembangunan rumah sakit dikarenakan, usulan anggaran untuk pembangunan fasilitas berupa gedung baru dan jembatan penghubung kedua gedung Rumah Sakit belum juga disetujui oleh kementerian kesehatan Republik Indonesia.
“Kami sudah berkali kali usulkan anggaran untuk pembangunan gedung baru dan jembatan penghubung kedua gedung sesuai masterplan Rumah Sakit Asy Syifa senilai 125 Milliar, tapi belum juga disetujui oleh pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan. Entah apa alasannya belum juga disetujui, padahal usulannya sudah dari tahun pertama saya jadi direktur di RSUD ini (RSUD Asy Syifa, red)”, Ujar Direktur RSUD Asy Syifa Sumbawa Barat, dr. Charlof kepada media www.arkifm.com di ruangannya, belum lama ini.
Dijelaskannya bahwa, fasilitas berupa gedung baru dibutuhkan untuk peningkatan pelayanan rumah sakit, mengingat masih adanya beberapa pelayanan yang belum tersedia dan salah satu factor kendalanya yaitu tidak tersedia ruangannya. “Daya tampung rumah sakit yang belum mencukupi menjadi kendala yang paling utama, Selain factor ketersediaan tenaga medis dan alat penunjang lainnya”, Imbuhnya.
Diakuinya, memang untuk penambahan gedung baru RSUD Asy Syifa Sumbawa Barat jika dilihat dari volume pasien memang belum masuk kategori sangat membutuhkan. Namun, jika ditinjau dari jenis kasusnya yang dirujuk ke Mataram, maka bisa masuk kategori dibutuhkan. Karena efektivitas pelayanan akan lebih maksimal jika bisa ditangani langsung di RSUD Asy Syifa, terlebih ketika bencana melanda.
“Bangunan gedung yang ada ini kan tidak di disain untuk rawat inap, melainkan hanya didisain untuk rawat jalan, perkantoran, dan untuk pemeriksaan penunjang. Sementara area rujukan kita cukup jauh, yakni ke Kota Mataram. Belum lagi ketika bencana melanda seperti saat ini, dermaga pelababuhan terpaksa memberlakukan system buka tutup akan menjadi kendala yang serius, sementara pasien butuh ditangani dengan cepat”, Imbuhnya.
Meski demikian, lanjut dr. Charlof, pihak RSUD Asy Syifa tetap memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat. Upaya maksimal tersebut juga bisa dilihat dari angka rujukan tahun 2018 yang trendnya relatif menurun jika dibanding tahun 2016 dan 2017. “Angka rujukan tahun 2017 mencapai 5 % atau sekitar 3 sampai 4 orang yang dirujuk ke Mataram, dari jumlah kunjungan sekitar 2000an. Sementara di tahun ini menurun ke 4 %. Itu menandakan, jika pelayanannya lebih baik maka akan terus berkurang, termasuk pelayanan jika adanya fasilitas berupa gedung baru”, Demikian tutup dr. Charlof.