“Dermaga labuan lalar yang telah menelan anggaran milyaran rupiah telah mulai dioperasikan. Sebelumnya, dermaga itu telah mulau digunakan untuk kapal penumpang, tetapi belakangan dermaga itu justru digunakan untuk bongkar muat batu bara. Aktifitas inilah yang kemudian diminta untuk ditinjau kembali oleh warga setempat.”
Sumbawa Barat. Radio Arki – Buntut penolakan pencemaran lingkungan, akibat proyek bongkar muat batubara di Dermaga Labu Lalar semakin memanas. Setelah sebelumnya pada bongkar muat batubara perdana tanggal 13 Oktober 2018 warga menyampaikan keluhannya akibat lingkungan laut dan lingkungan udara yang tercemar. Kini sejumlah warga menggelar aksi blokade Dermaga Labu Lalar dengan dipasangnya kapal nelayan di areal parkir kapal tongkang yang mengangkut batubara.
Akibat aksi sejumlah nelayan tersebut, kapal tongkang batubara yang seharusnya parkir di dermaga Labuan Lalar hari inipun terhambat. Sejumlah nelayan dari dusun wara A, wara B, Bangsal dan Torohpun tampak memantau dan menjaga aktifitas kapal tongkang dari pinggir pantai.
“Nelayan Labuan Lalar sengaja memasang sampan di pinggir dermaga, sebagai bentuk aksi protes atas pencemaran lingkungan. Para nelayan ini meminta agar batubara tidak jatuh kelaut sehingga lingkungan laut tidak tercemar, kemudian menolak debu batubara yang beterbangan ke pemukiman pada saat loading bongkar muat”, Tegas Abas Kurniawan, warga Labuan Lalar yang didampingi sejumlah nelayan saat memantau kapal yang dipasang di pinggir dermaga, hari ini (8/11).
Baca Juga : http://arkifm.com/4660-warga-desak-hentikan-bongkar-muat-batu-bara-di-dermaga-labuan-lalar.html
Lanjut Abbas, pihak nelayan pagi tadi sudah betemu dengan Plt Kades Labuan Lalar. Pada intinya yaitu, tetap mempermasalahkan masalah debu batubara. Dan atas pertanyaan nelayan, diakui bahwa pihak otoritas perusahaan belum memberikan jaminan, terkait keluhan warga terhadap dampak pencemraan lingkungan yang dirasakan oleh warga Labuan Lalar.
“Jika memang tidak ada solusi terkait keluhan warga ini, maka kami tetap akan melakukan aksi penolakan dengan tidak akan memindahkan sampan di laut pinggir dermaga”, Ucap Abbas.
Sementara itu, ditemui terpisah, Plt Kades Labuan Lalar, Husni Thamrin menyampaikan bahwa pemerintah desa telah merespon kemungkinan adanya pencemaran lingkunga jauh hari sebelum proses bongkar muat dilaksanakan, bahkan dalam proses sosialisasi telah ada komitmen bersama.
Baca Juga : http://arkifm.com/4829-dilarang-menikah-usia-dini-pemdes-batuputih-kuatkan-melalui-perdes.html
“Pada saat sosialisasi ada komitmen dari pihak perusahan untuk meminimalisir dampak bongkar muat batubara dengan cara memasang jaring sehingga tidak jatuh kelaut. Selain itu untuk pencemaran udaranya akan dipasang sejenis atap, sehingga saat loding bongkar muat debunya tidak beterbangan ke pemukiman warga. Itu hasil sosialisasi tapi sampai saat ini tidak ada realisasinya”, Cetus Husni Thamrin yang diwawancarai di ruang kerjanya usai menggelar koordinasi dengan sejumlah nelayan yang memblokade dermaga.
Sampai berita ini di-online-kan, blokade dermaga Labuan lalar masih terjadi, sejumlah nelayan tampak memantau dari pinggir pantai. Sementara itu, Pemerintah Desa telah berkoordinasi dengan otoritas PLN, PLTU, Dinas Perhubungan, Kepolisian, Kodim 1628 Sumbawa Barat dan masyarakat Labuan lalar, untuk diagendakan pertemuan siang ini dalam rangka menyatukan komitmen bersama. (Enk. Radio Arki)